BACA JUGA:Perbaikan RLTH Kota Magelang Capai Rp 2 Miliar untuk 138 Keluarga
"Mereka ditembak setelah mengibarkan bendera merah putih di Puncak Gunung Tidar, yang merupakan pengibaran bendera merah putih pertama di Kota Magelang," jelasnya.
Rangkaian peristiwa ini kemudian memicu kejadian serupa di daerah lain, seperti Palagan Ambarawa, Palagan Jogja, dan termasuk peristiwa 10 November di Surabaya yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Andri mengungkapkan bahwa salah satu peristiwa penting di Kota Magelang adalah 'Magelang Kembali' yang berlangsung pada 17 Desember 1949.
BACA JUGA:Walikota Damar Prasetyono Minta Dinas Pendidikan Bisa Contoh SMP Mutual Kota Magelang
Peristiwa ini terjadi di tengah agresi militer kedua, di mana pejuang dan warga sipil diserang oleh tentara Jepang di Dapur Umum Kampung Tulung, yang mengakibatkan banyak pejuang kehilangan nyawa.
"Peristiwa ini memicu kemarahan para pejuang dan menyebabkan terjadinya pertempuran sengit di Alun-alun Kota Magelang," imbuhnya.
Menariknya, ada seorang tentara Jepang yang membelot dan bergabung dengan pasukan rakyat, bernama Mitsuyuki Tanaka, yang kemudian mengganti namanya menjadi Sutoro.
BACA JUGA:Pemkot Magelang Beri Sinyal Hijau Soal Rencana Pendirian Rumah Sakit Baru Tipe B
"Dia naik ke atas Water Torn dan menembaki tentara Jepang di bawahnya hingga musuh kalah," ujarnya.
Andri berharap, Magelang Tempo Doeloe tidak hanya menjadi acara hiburan bagi masyarakat, tetapi juga dapat memperkuat kecintaan terhadap produk lokal, mengenalkan sejarah Kota Magelang, dan memberikan kesempatan untuk bernostalgia.
Setidaknya, terdapat 18 mata acara yang akan mengisi tiga hari pelaksanaan acara, termasuk jelajah, pertunjukan seni budaya, bincang sejarah, dan fragmen perjuangan.
"Yang baru kami sajikan adalah jelajah kota menggunakan angkutan lama. Berbagai angkutan lama akan berkeliling kota," tambahnya.