Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura yang Jatuh pada 5 dan 6 Juli 2025, Jangan Tinggalkan!

Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura yang Jatuh pada 5 dan 6 Juli 2025, Jangan Tinggalkan!

Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura yang Jatuh pada 5 dan 6 Juli 2025, Jangan Tinggalkan! --

MAGELANG EKSPRES-Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendorong kita untuk memperbanysk puasa pada bulan Muharram.

Sebab sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhsn adalah puasa di bulan Muharram. Maksudnya bagi siapa yang berpuasa di bulan Muharram memiliki keutamaan yang lebih, pahalanya akan dilipatgandakan, lebih banyak dibanding berpuasa di bulan lain, kecuali berpuasa di bulan Ramadhan.

Tingkatan puasa yang paling afdhol adalah puasa Daud yakni sehari berpuasa sehari berbuka, kemudian puasa Senin-Kamis dan puasa 3 hari dalam sebulan atau dikenal puasa ayyamul bidh yakni puasa tanggal 13 14 dan 15 bulan Hijriyah.

Kalau bisa memilih diantara tingkatan puasa di atas tentu lebih baik. Namun bila tidak mampu maka jangan tinggalkan puasa Asyura pada 10 Muharram. Sebab sebaik-baik puasa di bulan Muharram adalah puasa Asyura.

BACA JUGA:Perbanyak Puasa di Bulan Muharram, Jangan Mencukupkan dengan Puasa Asyura Saja!

Anjuran Puasa Muharram

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam :

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah).

Imam Nawawi –rahimahullah– menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 55)

Namun begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diketahui banyak berpuasa di bulan Sya’ban bukan malah bulan Muharram.

Ada dua jawaban yang dikemukakan oleh Imam Nawawi.

1.Mungkin saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru mengetahui keutamaan banyak berpuasa di bulan Muharram di akhir hayat hidup beliau.

2.Boleh jadi pula beliau memiliki udzur ketika berada di bulan Muharram (seperti bersafar atau sakit) sehingga tidak sempat menunaikan banyak puasa pada bulan Muharram. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 55)

Menurut Ibnu Rajab Al Hambali, “Puasa yang paling utama di antara bulan-bulan haram (Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram, Rajab -pen) adalah puasa di bulan Muharram (syahrullah).” (Lathoif Al Ma’arif, hal. 67)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: