PHRI Kota Magelang Ajak Anggotanya Jauhi Perabotan Plastik

PHRI Kota Magelang Ajak Anggotanya Jauhi Perabotan Plastik

MAGELANGEKSPRES.COM, BOROBUDUR - BPC PHRI Kota Magelang mengajak hotel dan restoran anggotanya bisa mengurangi penggunaan peralatan dan perlengkapan dari bahan plastik di dalam operasional kerjanya seperti yang sudah diterapkan oleh Amanjiwo Resort Borobudur Magelang. Hotel dengan tarif termahal di Indonesia ini rupanya sudah hampir berhasil mengganti segala peralatan berbahan dasar plastik dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan di dalamnya hingga 70 persen. Ketua BPC PHRI Kota Magelang Edy Hamdani menegaskan, Hotel Amanjiwo sudah memanfaatkan bahan selain plastik di dalam seluruh kegiatan sehari-hari, baik dari hal interior, eksterior, furniture hingga peralatan makan dan minum. "Kita harus tiru, ini bagus sekali, dan saya yakin teman-teman di Kota Magelang bisa," ujar Edy di sela-sela kampanye penanganan sampah plastik "No Plastic Campaigne" di Amanjiwo Resort Magelang, Rabu (7/10). Kampanye penanganan sampah plastik diikuti oleh 30 peserta pelaku usaha hotel dan restoran se Kota Magelang. Selanjutnya Edi menuturkan, peralatan berbahan plastik mengandung zat berbahaya oligomer yang dapat larut ke dalam makanan pada suhu di atas 70°C. Jika masuk ke tubuh dalam dosis tinggi, bahan kimia ini diyakini dapat memicu berbagai penyakit. Sementara Ahmad Munif, selaku pemateri kampanye No Plastic Campaigne menyampaikan, residu sampah plastik akan semakin menambah tumpukan sampah plastik yang ada karena susah terurai sehingga berbahaya bagi lingkungan. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. "Sampah plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara," jelasnya. Munif yang juga menjabat sebagai Human Resource Department Manager di Amanjiwo Resort ini pun berpesan, kepada para peserta agar bisa memenej sampah plastik sebaik mungkin. Jika tidak bisa menggantinya dengan bahan yang lebih baik, setidaknya bisa dengan cara membuang sampah yang benar. "Kalau harus seperti Amanjiwo itu berat. Tapi intinya bagaimana cara membuang sampah yang benar, itu saya yakin bisa," ujarnya. Meski Munif juga mengaku di Amanjiwo sendiri masih ada sejumlah perabotan yang berbahan plastik, namun itu pada kondisi-kondisi yang tak mungkin diganti dan jumlahnya hanya sekitar 30 persen saja. "Contohnya kulkas, AC itu sudah pasti plastiknya," ungkapnya. Akan tetapi, untuk peralatan makanan dan minuman, pihaknya sangat berhati-hati untuk dapat meminimilkannya penggunaan peralatan plastik. Contoh kecil sedotan di Amanjiwo yang sudah diganti dengan bahan ramah lingkungan yang terbuat dari batang alang-alang. "Menejemen menargetkan 100 persen di Amanjiwo menggunakan bahan nonplastik, tapi kayaknya hanya bisa 80 persen saja. Karena tidak mungkin kita bisa lepas sepenuhnya dari plastik. Contoh handphone kita masih ada plastiknya," pungkas Munif. (imr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: