80 Persen Kopi Robusta di Temanggung Dikelola Asal-asalan

80 Persen Kopi Robusta di Temanggung Dikelola Asal-asalan

TEMANGGUNG - Sebanyak sekitar 80 persen kopi robusta asal Temanggung, hingga kini masih dikelola asal-asalan. Hal itu karena kultur petani kopi yang belum terbiasa melakukan petik merah. Karenanya kualitas sebagian besar kopi robusta masih belum bagus. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung, Masrik Amin mengatakan, saat ini wilayah Temanggung memiliki total luasan lahan kopi robusta 12 ribu hektar dengan rata-rata produksi 0,8-1 ton per hektar. Dari jumlah itu, 80 persen masih dikelola asal-asalan, yakni tidak petik merah, dijemur maupun roasting pun sembaangan tidak mengikuti standard operational procedure (SOP). Lantaran dikelola asal-asalan itu, maka berimbas pada rendahnya kualitas dan harga kopi. Untuk robusta yang tidak dikelola baik ini, pada musim panen raya kopi tahun ini yang berlangsung Agustus hingga awal Oktober terjual dikisaran harga Rp21 ribu sampai Rp23 ribu per kilogram (kg) kopi beras. Baca juga Satu Hektar Hutan Gunung Payung di Magelang Terbakar "Adapun 20 persen kopi robusta kita sudah dibina, mulai punya karakter, punya integritas dan sudah ada ciri khas," kata Masrik. 20 persen kopi robusta yang sudah berkarakter premium ini memiliki harga bervariasi, yakni rata-rata Rp35 ribu sampai Rp40 ribu per kg kopi beras. Dari robusta premium ini terdapat jenis kopi lanang yang laku dengan harga Rp40-Rp45 ribu per kg kopi beras. Hasil panen kopi lanang mencapai 7-10 persen dari total panen kopi robusta. "Kopi lanang ini merupakan penyimpangan genetis karena di dalam satu ceri kopi hanya terdapat satu biji kopi saja," katanya Selain kopi lanang, ada pula kopi berkarakter khas seperti dari Ngadisepi di Kecamatan Gemawang. Robusta highland, dan Kopi Simpar di daerah Tretep. "Perilaku petani perlu kita dorong berubah pelan-pelan untuk meningkatkan kualitas," katanya. Adapun untuk kopi jenis Arabika hampir semua sudah premium karena barangnya sedikit dan harga tinggi. Total luasan lahan arabika di Temanggung mencapai 2.500-2.800 hektar. Arabika lebih punya karakter karena hidup di dataran tinggi 1.300 an meter dari permukaan laut (mdpl). Pengembangan hanya di wilayah cocok saja. Harga kopi gelondong basah arabika juga sudah tinggi, yakni Rp 9-10 ribu per kg "Sekarang juga sudah banyak petani bikin brand, sudah ada 180 merk yang terdaftar. Rencananya mereka akan menggunakan brand utama Kopi Temanggung. Tahun lalu hanya ada 140 merk kopi," katanya. Baca Juga Congkel Pintu Rumah, Tiga Pencuri di Wonosobo Bawa Kabur Uang Rp35 Juta Sugiyanto salah satu pengelola kopi arabika di Kecamatan Kledung sudah mengelola merk kopinya sendiri sejak tiga tahun lalu. Ia memiliki kebun seluas 6 hektar. Sebelum dikelola sendiri, harga kopi arabikanya hanya di kisaran Rp4.000-Rp5.000 ceri. Sekarang sudah mencapai Rp10 ribu per kg ceri. "Produksi kopi ceri kami hanya 20 ton. Biasanya untuk reseller kafe di Jakarta, Jogjakarta. Sudah diminta ekspor 18 ton per bulan, tapi kami tidak sanggup memenuhi, jadi sementara untuk lokal dulu," katanya. (set)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: