90 Persen Penyandang Disabilitas di BBRSPDI Kartini Temanggung  Pernah Alami Pelecehan Seksual

90 Persen Penyandang Disabilitas di BBRSPDI Kartini Temanggung  Pernah Alami Pelecehan Seksual

MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG – Sekitar 90 persen dari total 26 respon kasus anak penyandang disabilitas intelektual di masyarakat yang diterima Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung ternyata pernah mengalami kekerasan dan pelecehan seksual. 10 persen lainnya mengalami penelantaran dan menjadi korban bullying. “Memang penyandang disabilitas intelektual ini kadang tidak begitu memahami jika yang diterimanya itu merupakan pelecehan seksual, apalagi saat dibuly. Namun demikian para penerima manfaat ini punya perasaan yang peka juga,” kata Kepala Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung Murhardjani. Ia menyebutkan, para penyandang disabilitas itu ada di sejumlah daerah di Indonesia yang tidak belajar di BBRSPDI. Antara lain Blitar, Blora, Pati, Temanggung, Wonosobo, Subang, Pekalongan, Ngawi, Kulonprogo, dan Wonogiri. “Dari sejumlah 26 respon kasus anak penerima manfaat (PM) di masyarakat, 90 persennya mengalami pelecehan seksual, lainnya penelantaran dan jadi korban bully,” kata Murhardjani. Pelecehan seksual yang dialami penyandang disabilitas kebanyakan hamil tapi tidak tahu siapa yang menghamili. Hal itu karena mereka tidak mampu melindungi dirinya sendiri. Atas dasar itu para penyandang disabilitas amat memerlukan dukungan dan perlindungan dari para orang tua. “Jadi nitip bapak dan ibu setelah mereka kembali, dijaga karena meski intelektualnya lemah, tapi perkembangan organ tubuh dan fungsi seksualnya normal. Dukungan orang tua sangat penting,” kata Murhardjani. Dari pengamatannya, anak-anak penerima manfaat sebelum masuk BBRSPDI kebanyakan pemalu dan kurang percaya diri. Namun setelah menerima bimbingan di BBRSPDI jadi berkembang dan percaya diri. Tapi saat kembali pada orang tuanya, rasa percaya dirinya bisa turun dan keterampilan yang dimilikinya hilang tanpa bekas. “Mereka bisa kembali seperti semula saat kembali ke rumah. Saya tidak menghakimi orang tua yang mungkin kurang perhatian dan sibuk kerja. Tapi sebaiknya hal itu lebih diperhatikan,” katanya. (set)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: