Acong, Peternak Love Bird di Bandasari

Acong, Peternak Love Bird di Bandasari

Dulu Dibanderol Rp 30 Juta, Sekarang Rp 3 Juta Saat ini, pencinta burung love bird memang sedang kelimpungan. Apa penyebabnya ? LAPORAN: YERI NOVELI LOVE bird atau burung cinta berasal dari Afrika. Tubuhnya mungil dan warna bulunya beragam. Tahun 2010 silam, burung ini sempat booming. Harganya selangit. Yang warna hijau atau green fischeri bisa mencapai Rp 2 jutaan per ekor. Namun sekarang, harganya menurun drastis menjadi Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu per ekor. Tahun 2016, hadir spesies baru. Namanya love bird biola. Kepala burungnya berwarna merah seperti cabai. Sedangkan sayapnya berwarna hijau. Warna itu biasa disebut dengan warna pedas. Kala itu, harganya bisa mencapai Rp 30 juta satu pasang, jantan dan betina. Namun sekarang, harganya berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta satu pasang. Tergantung dari jenisnya. "Harga love bird memang sedang turun," kata Acong Mardiono, 41, salah satu peternak burung Love Bird di RT 2 RW 1 Desa Bandasari Kecamatan Dukuhturi, Minggu (11/8). Acong tak menampik, merosotnya harga love bird sangat berimbas bagi para peternak. Mereka banyak yang gulung tikar. Hal ini setelah harga milet putih atau makanan pokok love bird naik. Dari mulai Rp 12 ribu per kilogram, sekarang menjadi Rp 20 ribu per kilogram di tingkat pengecer. Milet, kabarnya diimpor dari luar negeri. Merosotnya harga love bird juga disinyalir karena jumlah peternak semakin banyak. Sehingga jumlah burung melimpah di pasaran. "Jumlah peternak memang banyak. Ada peternak kecil, menengah, dan peternak tingkat atas. Sedangkan yang gulung tikar, mayoritas peternak kecil," kata bapak yang murah senyum ini. Acong saat ini memiliki 57 pasang love bird. Jenisnya beragam. Kendati harga burung cinta itu anjlog, tapi dirinya tidak pernah patah semangat. Dia yakin, dalam waktu dekat, harga love bird akan naik. Hal itu setelah munculnya berbagai spesies baru. Diantaranya, dun fallow, pale fallow, parblue, dan beberapa jenis lainnya. Harga dun fallow saat ini mencapai Rp 250 juta per ekor. Jenis burung itu masih langka. "Di daerah Tegal baru satu orang yang punya jenis dun fallow. Rumahnya di Kota Tegal," bebernya. Acong mengakui, belakangan ini memang banyak kabar bahwa peminat love bird semakin berkurang. Padahal kabar itu salah. Saat ini justru permintaan love bird semakin meningkat. Terbukti, konsumen yang datang ke rumahnya, setiap hari selalu ada. Bahkan, Acong tak sanggup memenuhi permintaan dari konsumen. "Saya kadang sampai kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Jadi kalau menurut saya, love bird akan tetap eksis," ujarnya. Dia menyarankan, bagi para peternak yang ingin tetap bertahan, maka harus selalu berinovasi. Artinya, peternak harus pandai menghasilkan warna burung yang jarang di pasaran. Sehingga bisa menjadi trend warna baru. "Kita harus bisa melakukan kawin silang burung love bird. Sehingga warnanya bisa lebih baik, bukan warna sayur," tutupnya. (yer)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: