Daerah Terjangkit Demam Babi Diisolasi, Anggaran Rp 5 Miliar Disiapkan

Daerah Terjangkit Demam Babi Diisolasi, Anggaran Rp 5 Miliar Disiapkan

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Isolasi sebagai salah satu langkah untuk mengatasi penyebaran virus Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Langkah, lainnya yang disiapkan adalah pemusnahan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya akan mengisolasi daerah yang terjangkit ASF. Langkah tersebut diambil untuk mencegah penyebaran virus dan menjangkiti ternak babi lainnya. \"Salah satunya dengan mengisolasi daerah yang terjangkit sangat total, kemudian daerah lain harus secara rutin, tiap hari harus cek apakah ada virus yang menyangkut,\" katanya seusai menghadiri acara Natal di kediaman Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Jakarta, Rabu (25/12). Menurutnya, isolasi menjadi langkah paling penting dalam mengantisipasi penyebaran virus ASF. \"Isolasi untuk dia keluar wilayah, itu yang kita perketat, oleh pemerintah daerah,\" katanya. Dikatakannya, peternakan babi tidak dikembangkan secara menyeluruh di Indonesia. Tapi terpusat di satu titik. Kabupaten yang terjangkit juga tidak lebih dari dua atau tiga wilayah. Baca juga Pabrik Pengolahan Kayu di Purworejo Kembali Terbakar Oleh karena itu, Syahrul mengatakan pengendalian secara maksimal sesuai prosedur, yakni dengan pemusnahan, kini masih dalam proses. \"Kami sudah lakukan pengendalian secara maksimal dilakukan oleh para gubernur, para bupati dan jajaran pengamanan yang ada, tentu saja penanganan sesuai prosedur yang ada, memang kita harus musnahkan di sana dan itu dalam proses,\" katanya. Terkait penolakan Malaysia atas impor babi dari kawasan yang terjangkit, termasuk Indonesia, Syahrul menilai sebagai sebuah risiko yang harus diterima. \"Itulah salah satu risiko kalau kita terjangkit, makanya saya juga tetapkan daerah khusus saja yang terjangkit itu yang harus jawab. Pengalaman kita tentang flu burung kemarin. Begitu bilang ada yang terjangkit, tidak masuk (impornya),\" katanya. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan pihaknya telah menyiagakan 102 posko mulai dari tingkat kabupaten/kota hingga kecamatan untuk menangani kasus ASF. \"Posko darurat telah dibentuk di semua tingkatan mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, bahkan tingkat kecamatan. Saat ini jumlah posko di tingkat kecamatan sudah berjumlah 102 posko, hampir sesuai dengan jumlah kecamatan tertular,\" katanya. Kementan telah mengumumkan adanya kasus ASF di Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) No. 820/Kpts/PK.32/M/12/2019 tentang Pernyataan Wabah Penyakit demam babi Afrika (African Swine Fever/ ASF) pada beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 12 Desember 2019. Kepmentan tersebut juga menyatakan penyebab utama kematian babi di Sumatera Utara adalah karena ASF. Ada pun pengendalian ASF di Sumut telah dilakukan secara terintegrasi oleh Tim Gabungan antarinstansi daerah yang melibatkan unsur Tim Gerak Cepat (TGC) Ditjen PKH, Balai Veteriner Medan, serta Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi bersama Dinas PU, Dinas Kesehatan dan juga Kepolisian. Salah satu permasalahan yang ditangani bersama TGC dengan kepolisian adalah penanganan bangkai babi yang dibuang ke sungai. Hal ini terjadi pada awal-awal kasus kematian babi di Sumut bulan Oktober 2019. Melalui kerja sama dengan kepolisian ini, Ketut menambahkan bahwa telah dilakukan pengawasan agar pembuangan bangkai babi dapat dicegah, dan bersama Tim Gabungan dilakukan pengumpulan serta penguburan bangkai ternak babi. \"Saat ini kasus pembuangan bangkai tersebut telah menurun akan tetapi pengawasan harus tetap dilakukan. Pengawasan diperlukan selain untuk masalah pembuangan bangkai juga untuk pengawasan lalulintas ternak babi dan produknya,\" katanya. TGC Ditjen PKH, Balai Veteriner Medan dan Dinas Provinsi saat ini tetap melanjutkan pelaksanaan kegiatan di posko darurat dan lapangan untuk mengawasi lalu lintas ternak babi, sosialisasi, dan bimbingan teknis tentang ASF. Kementan juga telah mengalokasikan APBN sebesar Rp5 miliar untuk mendukung operasional di lapangan. Penyakit ASF telah terjadi di 16 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS), sampai minggu ke-2 Desember 2019, total kematian ternak babi yang terjadi di Sumut dilaporkan mencapai 28.136 ekor.(gw/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: