Dampak PPKM di Kota Magelang, Pedagang Pasar Tak Bisa Berjualan Setiap Hari

Dampak PPKM di Kota Magelang, Pedagang Pasar Tak Bisa Berjualan Setiap Hari

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG- Dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Magelang cukup dirasakan oleh para pedagang di Pasar Rejowinangun Kota Magelang. Jumlah pengunjung semakin sepi sehingga omzetnya pun menurun. Bahkan, beberapa pedagang tidak bisa berjualan setiap hari. \"Saya sendiri yang tadinya berdagang seminggu full, kini hanya berdagang 3 hari sekali,\" ungkap Siti (44) seorang pedagang pakaian di Pasar Rejowinangun saat ditemui Selasa (19/1). Menurut Siti, omzet para pedagang sebenarnya sudah menurun saat awal pandemi Covid-19, jauh sebelum PPKM diberlakukan di Kota Magelang. \"Saat ada kebijakan PPKM, kondisi pasar semakin sepi karena akses masuk dibatasi sehingga pengunjung enggan datang ke pasar,\" ujarnya. Selama PPKM, Pemkot Magelang menerapkan protokol kesehatan ketat dan membatasi akses masuk sejumlah pasar, termasuk Pasar Rejowinangun. Kebijakan tersebut untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Kota Magelang. \"Pedagang maupun pengunjung yang berada di pasar Rejowinangun diharuskan mematuhi protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan serta menghindari kerumunan dan menjaga jarak, kalau ada yang tidak mematuhi, kami suruh untuk membeli masker atau yang paling keras, kami suruh pulang,\" ungkap Agus Yudhi, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Rejowinangun. Menurut Agus, pedagang di Pasar Rejowinangun sudah disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, namun terkadang ada pengunjung yang mematuhi protokol kesehatan. Untuk memudahkan pengawasan, pihaknya melakukan sistem buka tutup pintu masuk. \"Jadi sistemnya hanya ada satu pintu dari arah Timur dan barat pasar rejowinangun yang di buka per-hari nya, dan di masing-masing pintu di jaga oleh pihak keamanan dari Disperindag Kota Magelang,\" jelas Agus. Agus dan petugas yang lain selalu menyempatkan berkeliling pasar guna mengingatkan para pedagang maupun pembeli untuk selalu mematuhi protokol kesehatan. Agus mengakui, kegiatan jual-beli di Pasar Rejowinangun memang tidak seramai dahulu, lapak-lapak yang berada di pasar juga banyak yang tutup, karenakan takut akan penularan Covid-19. Banyak pedagang juga mengeluhkan penurunan omset. Pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan sudah meminta bantuan dari pihak Universitas Muhamadiyah Magelang (Unimma), Universitas Tidar dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk membantu melalui kegiatan Pasar Online guna membantu meningkatkan penjualan para pedagang Pasar Rejowinangun. (mg1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: