Dijadikan Kebun Raya, Gunung Tidar Punya 110 Jenis Flora

Dijadikan Kebun Raya, Gunung Tidar Punya 110 Jenis Flora

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG SELATAN - Kebun Raya Gunung Tidar kini ditumbuhi setidaknya 110 jenis flora. Keselurahannya mampu dijadikan objek penelitian kalangan akademisi. Kabid Ekonomi dan Prasarana Wilayah (Ekopraswil) Badan Perencana dan Pembangunan Daerah Bappeda Kota Magelang Iwan Triteny Setyadi menjelaskan, hasil inventarisasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditemukan 52 jenis tumbuhan tanaman pangan, hias, maupun bahan baku obat. ”Sedangkan 10 jenis tumbuhan lainnya sudah dimanfaatkan masyarakat lokal. Di kawasan Gunung Tidar, vegetasi nonalamai ditanam pada tahun 1960-an antara lain pinus, khaya, kecrutan, dan mahoni, masih bertahan sampai sekarang,” katanya, kemarin. Menurutnya, penting bagi Pemkot Magelang untuk menginventarisasi kekayaan alam hayati yang ada di Gunung Tidar. Hal ini juga sebagai dukungan kajian kelayakan Gunung Tidar sebagai Kebun Raya. Ia melanjutkan bahwak ajian dan survei lapangan sudah dilaksanakan sejak tahun 2016. Sementara status baru diberlakukan sejak awal tahun 2020. ”Selain punya koleksi flora, Gunung Tidar juga memiliki fauna monyet ekor panjang,” imbuhnya. Saat ini, pihaknya terus memperkuat status Kebun Raya Gunung Tidar. Kawasan ini juga telah dikelola di bawah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang dari sebelumnya dikelola oleh Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa). ”Kebun Raya juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau (RTH) plus plus. Yang membedakan adalah operasionalnya, di mana nanti setiap tanaman terdokumentasi, ada semacam ”KTP” untuk setiap pohon, diarsipkan dan dirawat data base-nya,” jelasnya. Menurut Iwan, Kebun Raya harus memiliki lima fungsi antara lain sebagai konservasi, penelitian, edukasi, pendidikan wisata dan jasa lingkungan. ”Jadi setelah Gunung Tidar menjadi Kebun Raya, fungsinya lebih optimal,” ujarnya. Dia berharap masyarakat sekitar ikut membantu pemerintah dalam menjadikan kawasan wisata ini nyaman untuk dikunjungi. Salah satunya dengan mengubah kebiasaan menjemur pakaian di jalan akses masuk lokasi wisata. ”Saya yakin jika kawasan ini ramai maka dampak ekonomi bisa dirasakan masyarakat sekitarnya,” katanya. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: