Jelang Ramadan Masyarakat Desa Winotirto Gelar Nyadran
MAGELANGEKSPRES.COM,Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana tradisi nyadran (selamatan desa) menjelang bulan Ramadan selalu digelar dengan kemeriahan dan kegembiraan, tahun ini nyadran hanya digelar secara sederhana dengan aturan pencegahan Covid-19. Namun demikian tidak menghilangkan khidmatnya sebagai tradisi warga Desa Wonotirto Kecamatan Bulu yang ada di lereng Gunung Sumbing itu. Jumat Pon (kalender jawa) menjadi hari yang sangat ditunggu-tunggu bagi masyarakat di Desa Wonotrito Kecamatan Bulu. Pada tahun-tahun sebelumnya menjelang bulan Ramadan di hari Jumat Pon selalu dilaksanakan tradisi nyadran dengan penuh suka cita. Namun di tahun ini, tradisi nyadran yang identik dengan waktu berkumpulnya keluarga, sanak saudara dan handaitolan, sementara ini belum bisa dilakukan. Hal tersebut lantaran saat ini tengah melanda pandemic Covid-19, masyarakat diwajibkan melakukan social distancing dan physical distancing. Tradisi nyadran tahun ini dilakukan sesuai denggan protap dan anjuran dari pemerintah. Masyarakat tetap menyiapkan makanan dan pelengkapnya sebagaimana mestinya nyadran yang dilakukan di tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja lanjutnya, tidak ada titik kumpul sebagaimana layaknya tradisi nyadran di tahun-tahun sebelumnya. Kali ini setiap masyarakat hanya menempatkan makanan berupa tumpeng, ingkung (ayam jantan dimasak utuh) di depan rumah masing-masing. “Tidak ada kerumunan warga, masyarakat hanya menempatkan makanan di depan rumah mereka, tepatnya di tengah jalan desa,” tutur Suramin Kepala Desa setempat. Kemudian setiap keluarga duduk bersila melingkari tumpeng dan ingkung serta makanan pelengkap lainnya. Mereka mendengarkan wejangan dan doa-doa yang disampaikan oleh tokoh agama, tokoh masyarakat dan perangkat desa. “Dari masjid doa-doa dipanjatkan oleh pemuka agama dengan pengeras suara, kemudian masyarakat dengan khidmat mengikuti prosesi tradisi nyadran di tengah jalan di depan rumah masin-masing,” ceritanya. Ia menuturkan, langkah ini memang sengaja dilakukan agar prosesi tradisi nyadran tetap bisa dilaksanakan tanpa menyalahi aturan dan anjuran dari pemerintah dalam pandemi Covid-19. “Kalau biasanya habis prosesi tradisi nyadran selesai terus disambut dengan hiburan kesenian tradisional, pengajian dan kegiatan lainnya. Untuk tahun ini kami tegas tidak melaksanakan itu hanya prosesi saja,” ungkapnya. Bahkan lanjutnya, kegiatan ini juga menjadi salah satu kegiatan untuk sosialisasi pencegahan penyebaran Covid-19, masyarakat menjadi lebih mengerti dan memahami bagaimana caranya mencegah penyebarannya. “Kami juga menyampaikan sosialisasi, dan ternyata masyarakat sangat antusias menyambutnya, masyarakat kini semakin paham akan arti menjaga kebersihan dan kesehatan,” katanya. Sementara itu salah satu warga desa setempat Ulfa menuturkan, nyadran tahun ini memang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian dengan cara seperti ini tidak sedikitpun mengurangi kehidmatan prosesi nyadran. “Tetap sama saja, yang penting bagi masyarakat nyadran tetap dilaksanakan, doa-doa memohon keselamatan dan keberkahan juga berlangsung khidmat, justru malah lebih khusuk saat mengikuti prosesi doa bersama,” tuturnya. Kesempatan ini juga dimanfaatkan untu doa bersama agar pandemic Covid-19 ini bisa segera berlalu dan masyarakat terutama umat muslim bisa menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya dengan lebih khusuk lagi. “Semoga saja bisa segera membaik, masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala lagi,” harapnya.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: