Musim Hujan, Petani Kopi di Temanggung Diimbau Rawat Tanamannya
MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG – Memasuki musim penghujan 2020, petani kopi diharapkan bisa melakukan perawatan tanamannya, sehingga pembuahan kopi bisa lebih maksimal dan produksi kopi bisa meningkat. “Tanaman kopi sangat rawan akan serangan jamur dan rontoknya bunga. Untuk itu petani diharap meningkatkan perawatan,” pesan Kabid Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung, Untung Prabowo, kemarin. Menurut Untung, pada musim hujan seperti ini kelembaban udara sangat tinggi, apalagi saat memasuki puncak musim ke depan, hujan disertai dengan angin kencang pasti akan terjadi. “Jika sudah ada hujan yang disertai angin kencang banyak bunga yang sudah menjadi bakal buah mudah rontok. Pada musim seperti ini pertumbuhan jamur akan cepat jika kelebaban udara jadi tinggi,” katanya. Padahal, jamur yang tumbuh di musim penghujan itu berpotensi menyerang tanaman kopi, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan jumlah produksi biji kopi. Untung mengungkapkan, pada musim hujan tingkat kelembaban cenderung akan tinggi. Di saat inilah spora jamur mudah berkembangbiak dengan cepat. Bahayanya jamur dapat berkembang pula pada batang, daun, maupun akar tanaman kopi. Apabila sudah ada salah satu tanaman kopi terkena serangan hama atau penyakit yang melebihi ambang batas akan menimbulkan kerugian. Namun, kalau masih di bawah ambang batas tidak akan banyak merugikan tanaman. Dengan demikian petani perlu lebih intens mengamati dan menjaga kondisi tanaman dari kemungkinan berbagai serangan hama maupun penyakit di musim penghujan ini. Baca Juga Pandatex Terbakar, Kerugian Capai Rp20 Miliar Untuk mencegah pengembangan jamur pada tanaman kopi, Untung menekankan, petani perlu menjaga kebersihan lingkungan kebun agar sinar matahari bisa masuk di antara tanaman kopi untuk mengurangi kelembaban udara. Tanaman kopi di Temanggung sendiri saat ini sudah mulai berbuah. Kendati demikian, tingginya curah hujan dimungkinkan juga bisa berpengaruh terhadap pemasakan buah kopi. Sebab pemasakan buah kopi tersebut dipengaruhi oleh kondisi tanaman dan pertumbuhan generatif dengan bantuan sinar matahari. “Jika kurang sinar matahari karena intensitas hujan tinggi maka proses pemasakan agak lambat,” tambahnya. Sementara data yang didapat dari Dinas PertanianPerkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut), bahwa luas tanaman kopi tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Diperkirakan dengan jumlah lahan total mencapai 9.272,98 hektar, akan mampu menghasilkan 798,68 kilogram per hektarnya. Sementara luas kopi arabika di Tlahab sekitar 40 hektar. Terpisah Sutari (47) petani kopi di desa di Desa Mento, Candiroto menuturkan, selama musim penghujan ini, ia hanya bisa melakukan perawatan pada tanaman kopi miliknya. Perawatan yang dilakukan yakni dengan memangkas ranting kopi yang sudah tidak produksi dan melakukan pemupukan. “Ranting yang produksinya sudah tidak maksimal saya potong agar sinar matahari bisa masuk,” katanya. Ia berharap, pada musim panen ke depan, harga kopi bisa lebih baik dari tahun-tahun ini, sebab tahun ini kebutuhan ekonomi semakin meningkat seiring dengan pandemi Covid-19 ini. (set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: