Pandemi Corona, Angka Kemiskinan Diprediksi Dobel Digit

Pandemi Corona, Angka Kemiskinan Diprediksi Dobel Digit

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Pandemi virus corona atau Covid-19 telah memukul perekonomian nasional. Dampaknya, jutaan pekerja formal maupun informal di PHK dan dirumahkan. Kondisi ini berujung bertambahnya angka kemiskinan. Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memperkirakan angka kemiskinan akan mengalami kenaikan. Pihak pemerintah sendiri berusaha menekan angka kemiskinan tak sampai menyentuh dobel digit. \"Kalau kembali ke dua digit, pekerjaan berat yang dihadapi 2021. Di mana 2021 kita berharap masih bisa mengoreksinya ke angka 8,4 persen. Tapi, itu di dalam RPJMN-nya. Karenanya kita koreksi sedemikian rupa,\" ujarnya dalam video daring, kemarin (12/5). Dia menyebutkan, pada 2019 lalu tingkat kemiskinan 9,22 persen, dan pada tahun 2020 ini berharap bisa menekan di posisi 9 persen atau lebih kecil di angka 8,5 persen. Lanjutnya, tahun 2021 pemerintah menargetkan bisa menekan angka kemiskinan di kisaran 9,2-9,7 persen. Namun, ia pesimistis hal itu bisa terealisasi mengingat saat ini jumlah pengangguran kian meningkat akibat wabah corona. \"Kalau kita bisa bekerja dengan luar biasa, kita bisa mencapai 9,7 persen atau 9,2 persen, meski saya kurang yakin. Saya khawatir tingkat kemiskinan kalau bisa kita tekan, mudah-mudahan bisa dengan upaya kita,\" ucap dia. Terpisah, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, jumlah orang miskin pasti akan bertambah dengan melihat kondisi seperti ini di mana banyak perusahaan terdampak corona melakukan PHK dan merumahkan karyawannya. \"Pandemi sudah pasti akan menambah angka. kemiskinan hingga >12 persen. sebab banyak usaha yang tutup dan masyarakat kehilangan pekerjaan,\" ujarnya kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (12/5). Senada, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Ishak Razak memperkirakan, jumlah penduduk masyarakat jatuh ke bawah garis kemiskinan akibat pandemi corona akan mengalami lonjakan. Ia menyebutkan, jumlah penduduk rentan miskin dan hampir miskin atau kelas menengah tanggung di Indonesia saat ini mencapai 66,7 juta jiwa atau 25 persen dari total penduduk Indonesia. Karenanya, saran dia, untuk menekan jumlah kemiskinan bertambah, adalah koordinasi yang baik antara pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini saling bersinergi untuk menjaga tingkat kesejahteraan masyarakat, dan yang paling penting cepat memitigasi pandemi corona. Salah satu contoh untuk menekan jumlah orang miskin, adalah mengurangi beban pengeluaran masyarakat khususnya untuk masyarakat miskin dan hampir miskin, terutama dengan menurunkan biaya administere prices atau dikontrol pemerintah. \"Ya, pemerintah bisa menurunkan harga BBM. Sebab BBM menjadi salah satu komponen terbesar pengeluaran penduduk miskin,\" pungkasnya.(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: