Pemerintah Jaga Konsumsi dan Investasi

Pemerintah Jaga Konsumsi dan Investasi

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA -Di tengah perlambatan ekonomi global akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina yang berkepanjangan, Menteri Keuangan Sri (Menkeu), Sri Mulyani memastikan akan menjaga konsumsi dan investasi tetap stabil. Mantan Gubernur Pelaksana Bank Dunia itu meyakini dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap terjaga di angka 5 persen. Hal itu karena ekonomi RI didominasi oleh permintaan domestik. Lanjut dia, bahwa dua faktor konsumsi dan investasi adalah dua faktor yang mempengaruhi lebih dari 80 bahkan mendekat 90 persen dari ekonomi Indonesia. \"Artinya, kalau kita ingin menjaga perekonomian kita dari pengaruh global, just make sure bahwa dua ini resilience (tahan banting) dan tetap terjaga,” kata Sri Mulyani seperti dilansir dalam keterangan persnya, kemarin (4/11). Dia mencontohkan, meskipun pertumbuhan ekspor negatif tetapi jika konsumsi dalam negeri dan investasi dapat tumbuh di atas 5 persen, maka ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh di atas 5 persen. Baca Juga IMF Koreksi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi, Ancaman Resesi di Depan Mata Oleh karena itu, kata dia, pemerintah saat ini fokus untuk memperkuat industri dalam negeri. Jika industri dalam negeri sehat dan menarik maka diharapkan hal ini akan mendorong bergairahnya konsumsi dalam negeri dan menarik investasi lebih banyak ke Indonesia. “Inilah yang sekarang menjadi fokus kita pada saat faktor eksternal sangat lemah maka kita harus make sure consumption dan investment menjadi positif dan terjaga pada 5 persen atau di atas 5 persen,\" ujar dia. Terpisah, Direktur Riset Center of Reforms on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah sepakat dengan langkah Sri Mulyani untuk menjaga konsumsi dan investasi dalam di dalam negeri. Hanya saja, kata Piter, konsumsi dan investasi harus didukung juga oleh kebijakan yang tepat sehingga bisa mendorong peningkatan konsumsi dan investasi. \"Pemerintah harus mendorong investasi dan konsums dengan kebijakan yang tepat, kebijakan fiskal yang tepat. Karena saat ini kebijakna fiskal belum mendorong konsumsi dan investasi,\" ujar Piter kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (4/11). Menurut Piter, saat ini penurunan hanya fokus pada kebijkana fiskal dan penrunan defisit saja. Sementara target mendongkrak pertumbuhan tidak diutamakan. \"Jadi gini masyarakat Indonesia tidak akan happy meski defisit kecil, tapi masyarakat Indonesia akan bahagia kalau pertumbuhan ekonomi 7-8 persen, walaupun defisit membengkak sampai 5 persen. Defisit besar enggak apa-apa dengan pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya, itu membuat masyarakat bahagia,\" pungkas dia.(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: