Pemerintah Sudah Gelontorkan 158,2 Triliun , Paket Stimus Ekonomi Pertama dan Kedua
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Pemerintah telah mengucurkan anggaran sebanyak Rp158,2 triliun untuk paket stimus kebijakan ekonomi jilid I dan II. Sekretaris Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Susiwijono menyampaikan, anggaran tersebut untuk mendorong stabilitas ekonomi nasional di tengah pandemi corona global. Dia merinci, total anggaran sebesar Rp158,2 triliun itu terdiri dari stimulus pertama sebesar Rp10,3 triliun, stimulus kedua Rp22,9 triliun, dan pelebaran defisit 0,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp125 triliun. \"Jadi bila ditotal sampai paket stimulus kedua sebesar Rp158,2 triliun,\" kata dia di Jakarta, kemarin (25/3). Dia menjelaskan, paket stimulus pertama diberikan pada 25 Februari 2020 lalu. Ketika itu belum heboh kasus corona di Indonesia. Stimulus itu difokuskan mendorong sektor pariwisata, akomodasi, dan transportasi. Karena dampak pandemi corona global yang pertama terdampak adalah sektor pariwisata. \"Ada 8 kebijakan stimulus tahap satu yang besarnya Rp10,3 triliun,\" tambah dia. Kemudian, lanjut dia, penyebaran virus corona yang semakin meluas di sejumlah wilayah di Indonesia, membuat pemerintah mengkaji stimus ekonomi yang kedua. Akhirnya, pada 13 Maret 2020 diumumkan kembali stimulus kedua. Dalam stimulus tahap kedua itu, terdiri dari empat sektor fiskal atau pajak. Dan empat sisanya untuk non fiskal seperti percepatan lalu lintas barang logistik atau barang yang dibutuhkan. \"Pemerintah lakukan berbagai upaya untuk monitor perkembangan di global dan nasional,\" tutur dia. Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna menilai stimulus yang dilancarkan pemerintah tak akan berjalan efektif bila tujuan utamanya untuk menstabilkan perekonomian nasional. \"Di kondisi pandemi corona sekarang ini, stimulus tidak akan jalan kecuali yang tujuannya untuk mengurangi penyebaran wabah melalui memperkuat pelayanan kesehatan,\" ujar dia kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Kamis (26/3). Untuk itu, yang harus diutamakan saat ini adalah bagaimana pemerintah untuk meminimalisir korban virus corona. Dengan demikian, perekonomian nasional akan tetap tumbuh. \"Jadi, stimulus ekonomi selain itu tidak akan efektif. Biaya pencegahan jauh lebih murah dibandingkan pengobatan,\" ucap dia. Senada dengan INDEF, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah menilai stimus yang dikeluarkan pemerintah untuk menahan perlambatan ekonomi tak akan efektif jika virus corona mengalami tren peningkatan. “Pemerintah harus fokus pada upaya penanggulangan agar wabah virus corona dapat dihentikan. Stimulus hendaknya diutamakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan,” kata dia. Sementara itu, Mantan Menteri Ekonomi era Susilo Bambang Yudhoyono, Chatib Basri, dilihat dalam akun Facebook pribadinya, dia menyarankan perubahan kebijakan fiskal seiring pemberlakukan social distancing. Dia menjelaskan, jika orang mengurangi aktivitasnya termasuk pergi berbelanja, menghindari keramaian, kontak, maka pola kebijakan yang tujuannya mendorong permintaan melalui belanja tidak akan efektif. Walau memiliki uang, orang akan mengurangi aktivitas belanjanya, kecuali melalui online. Namun, pergeseran belanja ke online relatif terbatas, karena barang online juga akan tergantung kepada pasokan. Dalam kondisi ini, ia merekomendasikan lima arah kebijakan salah satunya memberikan bantuan sosial kepada kelompok ekonomi menengah bawah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.(din/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: