Pendapatan Negara Samai Mei Rp664,4 Triliun
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA-Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, pendapatan negara per akhir Mei 2020 sebesar Rp 664,4 triliun atau 37,7 persen dari target APBN 2020. Sementara, jika dibandingkan tahun 2019, maka realisasi penerimaan negara mengalami kontraksi 10,82 persen. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sumber pendapatan negara terdiri dari penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Penerimaan negara yang berasal dari perpajakan sebesar Rp 526,2 triliun. Jumlah tersebut mengalami kontraksi sebesar 7,9 persen dibanding periode sama tahun lalu. Sedangkan penerimaan PNBP tercatat sebesar Rp 136,9 triliun atau 36 persen dari target APBN 2020. Angka ini mengalami kontraksi sebesar 9 persen dibandingkan tahun lalu. “Penerimaan negara negatif 10,82 persen ini adalah suatu penurunan cukup dalam dibanding 2019,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (16/6). Sri Mulyani menjelaskan, hampir seluruh jenis pajak mengalami kontraksi. Menurutnya, hal ini mencerminkan adanya tekanan terhadap semua kegiatan ekonomi di dalam negeri akibat pandemi Covid-19. “Jadi kalau dilihat di sini hampir semua jenis pajak mengalami kontraksi pada Mei yang cukup dalam dengan kontraksi minus 5,3 persen. Untuk PPh Badan kontraksinya dalam negatif 20,4 persen. PPN kita 2,71 persen,” imbuhnya. Sementara untuk PPh final juga mengalami kontraksi yang cukup dalam. Jika kuartal-I, penerimaannya masih tumbuh positif 11,8 persen, maka pada Mei kontraksinya cukup dalam mencapai negatif 25,41 persen. Sri Mulyani mengaku, banyak pihak yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada di area negatif di kisaran -3 persen sampai -6 persen. Hal itu karena pengaruh dari pertumbuhan ekonomi dunia yang masih memburuk. Meskipun demikian, Sri Mulyani optimistis ekonomi Indonesia pada kuartal-III dan kuartal-IV akan kembali membaik. Proyeksi pertumbuhan ekonomi setahun penuh akan sangat tergantung perbaikan pada kuartal-III dan kuartal-IV. “Maka pertumbuhan ekonomi jelas sangat terpengaruh, kuartal I banyak negatif, kuartal-II juga negatif dan kuartal-III bisa jadi pemulihan atau tekanan,” pungkasnya.(jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: