Seluruh Korban Susur Sungai di Slemen Telah Ditemukan

Seluruh Korban Susur Sungai di Slemen Telah Ditemukan

MAGELANGEKSPRES.COM,SLEMAN-Dua korban terakhit susur sungai SMP N 1 Turi berhasil ditemukan dalam kondisi meninggal dunia kemarin (23/2). Yasinta Bunga, 13, ditemukan di Dam Mantras pada pukul 06.30. Sedangkan korban terakhir bernama Zahra Imelda, 12, juga ditemukan di lokasi serupa pada pukul 07.05 Kepala Basarnas DIJ Wahyu Effendy menjelaskan pencarian korban terakhir dilakukan dengan pembagian section persis seperti hari sebelumnya. Disusur mulai section pertama dari titik kejadian. Pencarian yang dimulai sejam pukil 05.00, berhasil menemukan korban terakhir di section pertama yang hanya berjarak 400 meter dari lokasi kejadian. \"Kondisi korban ditemukan dalam posisi mengambang,\" ungkap Wahyu. Berkaca dari kejadia tersebut, Humas Basarnas DIJ, Pipit Eriyanto menyampaikan sejumlah catatan. Khususnya untuk pengelola wisata yang harua mengedepankan keselamatan bagi wisatawan. Seperti wisata sungai yang mana pihak pengelola harus menyediakan pelampung atau safety jacket. Sedangkan untuk wisata vertikal, bisa dengan disediakan safety equipment. Sedangkan untuk kegiatan kepramukaan, khususnya pembina, juga harus melaksanakan kegiatan dengan memperhatikan aspek alam dan cuaca. Selai itu, sebelum adanya kegiatan, pihak terkait harus memberikan informasi kepada peragkat desa, Polsek maupun Koramil sebelum berkegiatan. \"Setidaknya jangan lupa matur ke jajaran terkait untuk mengetahui adanya kegiatan,\" ungkap Pipit. Setelah seluruh korban ditemukan, Bupati Sleman, Sri Purmomo resmi menutup posko SAR Gabungan di Dusun Dukuh, Donokerto sejak pukul 08.00. Tidak lupa, Bupati menyampaikan terima kasih kepada Basarnas, TNI, Polri dan kepada seluruh relawan yang selama dua hari dua malam telah melakukan upaya maksimal dalam membantu proses pencarian dan evakuasi. \"Terima kasih. Sekaligus kami juga bersedih, karena anak-anak kami ditemukan dalam kondisi meninggal dunia,\" tutur dia. Mewakili jajaran Pemkab Sleman, Sri Purnomo menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak, baik itu media massa, relawan dan lainnya, yang tidak bisa dilayani sebaik-baiknya oleh Pemkab Sleman. \"Kami  mohon maaf,\" ujarnya. Nadiem Tegaskan Sekolah Prioritaskan Keamanan dan Keselamatan Siswa Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim menginstruksikan seluruh sekolah agar memprioritaskan keamanan dan keselamatan siswa saat melakukan kegiatan di luar sekolah. Hal itu terkait kecelakaan hingga menewaskan 10 orang siswa SMPN 1 Turi di Sleman, Yogyakarta, saat melakukan kegiatan susur sungai. \"Sekolah mesti benar-benar memastikan semua kegiatan di bawah pembinaan sekolah agar dapat mengutamakan keamanan dan keselamatan siswa. Itu yang terpenting. Jadi harus dipertimbangkan secara matang,\" katanya dalam keterangannya, kemarin (23/2). Mantan Bos Gojek ini juga meminta tim Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah bersama tim dari Inspektorat Jenderal menyelidiki kejadian kecelakaan yang menimpa siswa SMPN1 Turi di Sleman. \"Kami bersama pemerintah setempat dan pihak berwajib terjun langsung ke lapangan untuk menelusuri apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi,\" kata Nadiem. Sementara itu, Menteri Sosial Juliari P Batubara meminta kegiatan tersebut hingga menewaskan 10 siswa harus diselidiki hingga tuntas. Dia menduga, dalam kasus tersebut ada unsur kecerobohan sehingga menyebabkan kehilangan nyawa dan puluhan siswa mengalami luka-luka. \"Harus ada investigasi mendalam, tetap harus diselidiki tuntas,\" katanya. Dalam masalah ini, dia menilai pihak sekolah telah melakukan keteledoran karena menyelenggarakan kegiatan di luar sekolah tanpa memperhitungkan keamanan dan keselamatan siswa. \"Ya ini konyol, kegiatan di luar sekolah dilakukan di tempat dan waktu yang tidak tepat,\" ujarnya. Sebagai bentuk kepedulian, katanya, pemerintah akan memberikan santunan kepada ahli waris siswa SMPN 1 Turi yang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut. Masing-masing ahli waris korban yang meninggal dunia akan mendapatkan santunan Rp15 juta. Sementara yang mengalami luka-luka akan mendapatkan pengobatan gratis. \"Untuk ahli waris korban meninggal akan kami berikan santunan Rp15 juta per orang, kemudian untuk biaya pengobatan korban yang terluka juga akan kami berikan,\" tutur dia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPI) juga angkat suara terkait kasus tersebut. Komsioner KPIA, Jasra Putra mengatakan, dalam perfistiwa tersebut harus menjadi pelajaran bagi pihak sekolah untuk memperhatikan risiko saat melakukan kegiatan di alam terbuka. \"Begitu juga sekolah perlu mengindahkan dan memantau peringatan BMKG tentang kondisi cuaca ekstrim yang sewaktu waktu terjadi, harus menjadi pertimbangan ketika ingin melaksanakan kegiatan di alam,\" kata Jasra. Agar peristiwa serupa tak terulang kembali, KPAI berharap ada investigasi dari mana arus kencang yang langsung datang menerjang ratusan siswa hingga hilang dan meninggal. Pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Sleman, menurut dia, juga mesti mengawasi dan mengingatkan agar kegiatan yang dilaksanakan di luar sekolah apalagi di alam, perlu mendapat perhatian lebih dalam kondisi cuaca yang sewaktu waktu berubah. Misalnya, apakah sekolah sudah mencari informasi yang cukup tentang aliran arus sungai, apakah sekolah mendapatkan izin dari yang berwenang atas penggunaan Sungai Sempor. \"Saya kira ini penting dilakukan investigasi, agar para keluarga yang siswa siswinya meninggal dapat tahu penyebabnya,\" ujar Jasra Dia menambahkan, sekolah juga harus mengenal Child Safe Guarding tentang batasan aman dan kode etik bekerja dengan anak, melibatkan anak, serta mengukur batas kemampuan anak sebagai upaya pencegahan. \"Seperti anak bisa berenang atau tidak, bagaimana kondisi fisik dan apakah pakai pengaman seperti pelampung,\" tukas dia. Sebagaimana diketahui, sebanyak 239 siswa dinyatakan selamat, sedangkan sepuluh siswa lainnya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Siswa terakhir yang ditemhkan adalah Zahra Imelda, 12, yang ditemukan di dam Mantras pukul 07.05 WIB. Mendapatkan kabar dari Tim SAR terkait penemuan jasad Zahra, keluarga Zahra bergegas menuju RS Bhayangkara. Ayah Zahra, Prasetyo Budi mengaku lega jasad putrinya bisa ditemukan. Meskipun dengan keadaan telah meninggal dunia, Budi mencoba tabah dan mengikhlaskan. Budi yang bekerja di daerah Jawa Timur mengaku mendapatkan kabar musibah yang menimpa Zahra sejak Jumat (21/2) sore dari putri keduanya. Setelah itu, Budi bergegas kembali ke Jogjakarta. \"Tiba di Jogja pada Sabtu dinihari,\" ungkap Budi saat ditemui di rumahnya wilayah Kenteng, Wonokerto sebelum pemakaman. Kemarin (23/2) puku 13.00, Zahra dimakamkan bersebelahan dengan anak Budi yang pertama. Tak lain adalah Kakak pertama Zahra. Sebelum jasad Zahra ditemukan, Budi mengaku ikut melakukan penyisiran di wilayah sungai Sempor. Budi memastikan informasi terkait Zahra ke SMP N 1 Turi, Puskesmas Turi maupun ke Posko SAR Gabungan. Sosok Zahra yang lugu, penurut, dan pendiam sulit untuk dilupakan Budi. Terlebih Budi yang jarang mendapatkan libur dari perusahaan swasta tempatnya bekerja, membuat Budi jarang bertemu dengan anaknya. Budi terakhir pulang ke Kenteng adalah dua tahun silam saat Ayahnya meninggal. Meskipun saat ini Zahra sudah tiada, Budi tidak menampik jika nanti akan ada proses hukum yang berjalan ke pihak Sekolah. \"Kalau ada proses hukum ya monggo,\" tutur Budi. (eno/radarjogja/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: