Tembakau Jadi Tumpuan Masyarakat Temanggung
MAGELANGEKSPRES.COM,Datangnya musim panen raya tembakau sangat dinanti-nanti oleh petani tembakau di lereng Gunung Sindoro, Gunung Sumbing dan Gunung Prau. Ribuan petani berharap harga tembakau sebagus atau bahkan lebih bagus dari tahun sebelumnya. Namun yang terjadi harapan itu tinggal lah harapan. Harga tembakau di tengah pandemi Covid-19 ini sangat jauh dari harapan petani. Bahkan sampai saat ini harga tembakau masih berkisar antara Rp40 ribu hingga Rp60 ribu per kilogram. Bulan Agustus tahun 2020 sudah berada di ujung penghabisan. Petani tembakau di wilayah Kabupaten Temanggung sudah mulai bergelut dengan panen raya. Dinginnya udara yang menusuk tulang dan teriknya panas matahari menjadi teman yang tidak pernah dipisahkan. Peluh keringatpun tak pernah dirasakan oleh para petani, tenaga dan pikiranpun diperas dengan harapan tembakau yang diproduksi bisa menghasilkan yang berkualitas, sehingga akan berdampak pada harga yang bagus pula. Namun segala upaya yang dilakukan petani selama panen raya ini belum sesuai harapan mereka. Perbaikan kualitas tembakau sudah diupayakan dengan optimal. Hanya saja harga jual tembakau saat ini masih jauh di bawah biaya produksi. “Segala upaya telah kami lakukan, tembakau yang kami tanam juga sudah sesuai dengan permintaan pabrikan yakni varietas kemloko. Perawatan juga sudah kami lakukan sesuai dengan prosedur pabrikan,” tutur Rahayu salah satu petani tembakau asal Desa Tlahab Kecamatan Kledung. Selama kurang lebih enam sampai tujuh bulan petani sudah berusaha merawat tanaman tembakau dengan baik, karena kualitas daun yang bagus akan sangat mempengaruhi kualitas dari produksi tembakau rajangan. Cuaca yang terjadi selama musim tanam hingga panen raya juga akan berpengaruh pada kualitas tembakau. Memang di awal panen raya sempat turun hujan beberapa kali, namun pengaruhnya tidak begitu banyak terhadap kualitas tembakau. “Seperti merawat bayi, harus telaten dan teliti untuk mendapatkan tembakau dengan kualitas terbaik. Biaya tanam hingga panen raya untuk satu hektar tanaman tembakau rata-rata antara Rp65 juta sampai Rp80 juta tergantung daerahnya,” tuturnya. Dengan biaya produksi yang cukup mahal ini, Wawan petani tembakau lainnya menuturkan, tidak sebanding dengan biaya produksi. Dengan harga Rp60 ribu per kilogram, maka petani sudah dipastikan akan rugi sangat banyak. “Dalam satu hektar maksimal hanya berproduksi 800 kilogram tembakau rajangan kering atau jika dikemas dalam keranjang hanya sekitar 22 keranjang. Jika harganya hanya Rp60 ribu maka petani hanya akan mendapatkan uang Rp48 juta, itu masih penghasilan kotor, belum dipotong ongkos produksi satu keranjang tembakau kurang lebih Rp300 ribu,” terangnya. Padahal katanya, saat ini panen raya tembakau yang dilakukan petani saat ini sudah lebih dari 40 persen, bahkan sudah ada yang mencapai 80 hingga 90 persen terutama bagi petani di wilayah Gunung Prau. Jika kondisi ini tidak segera membaik, maka dipastikan kondisi ekonomi masyarakat Temanggung ke depan akan semakin suram. Sebab selama pandemi ini terjadi, harga hasil produksi pertanian hancur semua. “Di awal tahun 2020 lalu petani panen bawang putih, produksinya menurun 60 persen harganya paling mahal hanya Rp20 ribu per kilogram. Harga cabai juga sama paling mahal hanya Rp12 ribu per kilogram, sayuran juga sama saja hancur, informasinya harga gabah juga turun,” ujarnya. Agus Sebenarnya tambah Agus petani tembakau asal Kecamatan Bulu, menambahkan, sebenarnya tembakau ini menjadi harapan terakhir bagi petani. Namun ternyata saat panen raya tiba, harga jual tembakau belum menunjukan perbaikan. “Beberapa waktu lalu pak Gubernur sudah mengunjungi pabrikan, semoga saja berdampak baik untuk harga tembakau ke depan. Harapan kami pemerintah bisa lebih peduli terhadap petani tembakau, tidak hanya di Temanggung saja, namun untuk seluruh petani tembakau di Indonesia,” harapnya. (set)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: