Manten Lurah Traji Melestarikan Tradisi Malam 1 Sura di Temanggung

Manten Lurah Traji Melestarikan Tradisi  Malam 1 Sura di Temanggung

Pasangan Kepala Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung tengah mengikuti prosesi adat bernama Suran Manten Lurah Jumat (29/7/2022) malam. Foto: rizal ifan chanaris.--

TEMANGGUNG – Banyak cara dilakukan oleh warga masyarakat dalam menyambut pergantian tahun baru Islam atau 1 Muharam. Beragam prosesi adat maupun tradisi digelar warga di berbagai daerah dalam momentum yang dianggap cukup sakral tersebut.

Tak ubahnya seperti tradisi turun-menurun  bernama “Manten Lurah Traji” yang diselenggarakan di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jumat (29/7/2022) malam.

Kendati rutin digelar saban tahun sebagai sebuah tradisi turun-menurun, setiap datangnya malam 1 Sura, namun tradisi itu juga sempat terhenti akibat badai pandemi Covid-19.

“Menyambut datangnya tahun baru umat Islam atau biasa disebut malam 1 Sura, warga di Desa Traji memang rutin menggelar  serangkaian ritual prosesi adat,” ujar salah seorang pemangku adat, budaya, dan tradisi Desa Traji, Yosef Heristyo Endro Baruno.

Menariknya ada satu prosesi adat yang bisa dibilang sangat unik, yakni “Suran Manten Lurah Desa Traji” alias Kepala Desa bersama pasangannya didandani ala pengantin dan diarak oleh warga menuju mata air utama yang bernama Sendhang Sidukun serta mata air lain sebagai sumber kehidupan.

“Mereka diarak dari Kantor Balai Desa menuju sejumlah sumber mata air, salah satu yang utama adalah Sendhang Sidukun. Di sana, mereka mengikuti acara doa bersama kemudian berebut gunungan hasil bumi. Menurut leluhur kami, ritual ini tak lain adalah simbol kedekatan manusia dengan alam sekitar, termasuk mata air yang menjadi pusat kehidupan sehari-hari masyarakat setempat,” bebernya.

Berdasar cerita turun-temurun yang beredar dan mengakar kuat di masyarakat wilayah Desa Traji, tradisi Suran Manten Lurah memiliki sejarah yang cukup melegenda. Dahulu kala terdapat leluhur mereka yang bernama Kyai Sepanjang. Ia mencari istrinya yang hilang dan terpisah selama beberapa waktu hingga akhirnya beberapa tahun kemudian istrinya tersebut kembali dapat ditemukan.

“Kyai Sepanjang dahulu pernah berjanji akan menggelar arak-arakan apabila istrinya kembali ditemukan. Dan itu telah berjalan ratusan tahun silam,” imbuhnya.

Yosef menambahkan, tak hanya dari Temanggung saja, namun banyak pula wisatawan dari luar daerah bahkan mancanegara yang sengaja datang hanya untuk menyaksikan prosesi ritual tersebut.

Pasalnya, mereka percaya bahwa air dari Sendang Sidukun membawa berkah tersendiri apabila berhasil di bawa ke rumah, kendati harus berebut beramai-ramai.

“Banyak yang percaya tuah serta berkah air dari Sendang Sidukun ini. Pasalnya, dahulu lokasi ini juha pernah menjadi persinggahan salah seorang wali songo, yakni Sunan Kalijogo sehingga diyakini memiliki karomah yang cukup tinggi serta memancarkan energi positif. Bahkan Desa Traji adalah salah satu pemukiman kuno yang telah ada sejak tahun 200 Masehi dan itu tercatat di salah satu prasasti peninggalan zaman lampau,” bebernya.

Puteri Andhini (35), pengunjung asal Magelang mengaku rela datang berdesak-desakan hanya karena ingin dapat membawa pulang air yang terdapat di sendang.

“Kami percaya, air tersebut bisa digunakan untuk media penyembuhan hingga hajat tertentu, tentu saja berkat kuasa Tuhan YME,” pungkasnya. (riz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: