Atraksi Budaya Perkuat Tradisi Merti Desa Kemanukan Purworejo
ARAK HASIL BUMI. Prosesi arak-arakan berbagai hasil bumi mewarnai tradisi Merti Desa Kemanukan Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo.-Eko Sutopo-Magelang Ekspres
PURWOERJO, MAGELANG EKSPRES - Adanya sajian atraksi pawai atau budaya dan sejenisnya yang ditampilkan saat peringatan merti Desa Kemanukan Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo tidak sekadar menambah kemeriahan.
Lebih dari itu, peristiwa budaya yang rutin digelar tiap tahun tersebut menjadi penguat tradisi merti desa sekaligus meningkatkan kegotongroyongan masyarakat.
Acara selamatan desa Kemanukan tahun 2024 ini berlangsung pada Selasa (2/7). Prosesi berlangsung meriah dimulai dengan arak-arakan berbagai hasil bumi yang telah disusun rapi, mulai dari padukuhan masing-masing hingga pendopo di Balai Desa Kemanukan.
Bupati Purworejo, Hj Yuli Hastuti SH, saat menghadiri acara tersebut langsung memberikan apresiasinya kepada seluruh warga yang masih setia memelihara tradisi adiluhung.
BACA JUGA:Heroes Park Purworejo Minim Wahana Permainan Anak
Menurutnya, apabila nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan tersebut benar-benar diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, dirinya yakin kehidupan masyarakat Purworejo akan semakin damai dan kondusif dalam melaksanakan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan.
"Ini juga merupakan sebuah wadah dimana warga masyarakat bisa membina tali silaturahmi, saling menghormati, serta saling tepa selira. Selain sebagai manifestasi rasa syukur kepada Yang Maha Esa, kegiatan seperti ini juga merupakan sebuah perwujudan keselarasan manusia dengan alam," kata Bupati.
Kepala Desa Kemanukan, Nur Wijiyanto menyebut merti desa merupakan bentuk wujud rasa syukur terhadap limpahan rezeki dari Sang Pencipta.
“Tradisi ini sudah digelar secara turun temurun sejak dulu kala,” sebutnya.
BACA JUGA:Istri Minta Cerai, Dicekik hingga Tewas Lalu Dibuang ke Waduk Wadaslintang Wonosobo
Prosesi merti desa dilakukan sebulan sebelumnya dengan melakukan bersih makam serta tawu sumur. Bersih makam dimaksudkan sebagai bentuk rasa terimakasih warga terhadap pada pendahulu desa.
“Sedang tawu sumur untuk membersihkan sumber air yang selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat,” ujarnya.
Doa bersama dilakukan digelar dua kali menjelang puncak acara merti desa dimana diadakan di setiap pedukuhan serta balai desa.
“Kita juga memohon kepada Sang Pencipta untuk senantiasa melindungi masyakarat Kemanukan. Memberikan keselamatan, keberkahan dan ketenreman dan juga mohon kepada Yang Maha Kuasa dalam pertanian dan berbagai macam bidang pekerjaan selalu mendapatkan berkah dan ridho dari Allah SWT,” jelas Nur Wijiyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres