Penolakan Kenaikan BBM Terjadi di Mana-mana, Mahasiswa PMII di Purworejo Geruduk Kantor Bupati

 Penolakan Kenaikan BBM Terjadi di Mana-mana, Mahasiswa PMII di Purworejo Geruduk Kantor Bupati

GERUDUK. Mahasiswa kader PMII Purworejo saat menggelar aksi demonstrasi menolak kebaikan BBM di kompleks kantor bupati. (foto : Lukman Hakim/Purworejo Ekspres)-Mahasiswa PMII-Magelangekspres.com

PURWOREJO,MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Ratusan aktivis mahasiwa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar aksi demonstrasi menolak kenaikan BBM oleh pemerintah. Aksi tersebut digelar di kompleks Kantor Bupati Purworejo, kemarin.

Aksi diawali dengan longmarch dari alun-alun menuju depan kantor bupati. Sesampai di depan kantor bupati, massa secara bergantian berorasi menyampaikan tuntutannya.

Aksi tersebut sempat memanas lantaran mereka tidak diizinkan untuk masuk ke Ruang Arahiwang yang sementara ini difungsikan sebagai ruang Paripurna DPRD lantaran gedung DPRD sedang dipugar.

Zaidul Huda, Ketua PMII Purworejo menyampaikan, mahasiswa yang melakukan unjuk rasa ini berasal dari beberapa perguruan tinggi di Purworejo. Ada sekitar 300 mahasiswa yang turun ke jalan dengan membawa poster-poster penolakan kenaikan BBM.

"Ini murni semua dari PMII. Mendesak DPRD Purworejo agar menyampaikan kepada pusat bahwa masyarakat Purworejo tidak terima dengan adanya kenaikan harga BBM," katanya saat ditemui pada sela-sela unjuk rasa.
Setelah beberapa lama berorasi dan menyanyikan lagu pergerakan, akhirnya seluruh mahasiswa diizinkan masuk ke ruang Arahiwang komplek setda Purworejo.

Para mahasiswa diterima oleh Wakil Ketua DPRD Purworejo, Kelik Susilo Ardani dan Fran Suharmaji, Ketua Komisi III DPRD Purworejo, Eko Januar Susanto, Asisten I Setda Purworejo, Bambang Susilo, Kepala Dinas KUKMP, Gatot Suprapto, serta beberapa pejabat lainnya.

Lebih lanjut, disampaikan Zaidul Huda bahwa efek domino akan terjadi dengan adanya kenaikan BBM ini. Hal tersebut tentunya akan membuat rakyat yang ekonominya baru saja pulih dari pandemi akan semakin sengsara.
"Harga bahan pokok akan naik, dan harga-harga kebutuhan lain semua sudah naik, seribu sampai dua ribu, itu yang dirasakan masyarakat," terangnya.
Menurutnya, pilihan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi ini sangat tidak tepat. Pemerintah seharusnya mengambil langkah pengalihan beberapa anggaran yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. Seperti di antaranya adalah anggaran dana pensiun anggota DPR RI.

Selain itu, daripada menaikkan harga BBM, para mahasiswa memberikan masukan jika lebih baik pemerintah memperbaiki sistem yang ada agar subsidi BBM lebih tepat sasaran dan tidak memberatkan beban APBN.
"Banyak dari kalangan kami menuntut, banyak sekali anggaran yang di situ bisa dialihkan seperti dari hasil diskusi kami yaitu dana pensiun dari DPR RI itu kan menjabat selama 5 tahun, tapi ketika selesai menjabat dana pensiun seumur hidup, itu sangat membebani APBN, lebih baik dialihkan untuk subsidi BBM," terangnya.

Pihaknya juga memberikan peringatan kepada pemerintah, jika tuntutan ini tidak segera ditindaklanjuti maka akan ada aksi yang lebih besar lagi.
"Jika ini tidak digubris maka kami bersama masyarakat akan melakukan demo yang lebih besar, kemungkinan minggu depan," sebutnya.

Saat berada dalam ruang Arahiwang, para mahasiswa sempat mempertanyakan mengapa hanya ada 3 orang dari DPRD yang hadir, padahal ada puluhan wakil rakyat di Purworejo. Hal itu ditanggapi oleh Kelik Susilo Ardani. Kelik mengatakan jika para anggota dewan lain sedang rapat pansus.
Kelik juga memberikan apresiasi terhadap aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa. Menurutnya hal itu merupakan bentuk kepekaan suatu organisasi mahasiswa terhadap situasi yang sedang terjadi di masyarakat. Bahkan, tidak hanya melakukan protes dan menyampaikn tuntutan, para mahasiswa juga memberikan solusi kepada pemerintah.

"Terimakasih juga karena telah memberikan solusi yaitu dengan pemaksimalan subsidi BBM yang tepat sasaran. Ini memang harus kita koreksi bersama, soal subsidi bisa tepat sasaran," kata Kelik.

Terkait tuntutan mahasiswa, Kelik mengaku akan segera menindaklanjuti hal tersebut dengan segera berkirim surat ke pemerintah pusat. "Kami menerima adik-adik sekalian,akan kami sampaikan ke pemerintah pusat terkait dengan tuntutan mahasiswa. Setelah pertemuan ini secara tertulis langsung kita kirim ke pusat via email," jelasnya.

Unjuk rasa kemudian diakhiri dengan penandatanganan para pejabat yang hadir terhadap surat tuntutan yang diajukan PMII Purworejo. Setelah itu para mahasiswa membubarkan diri. (luk)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com