Langkah Kota Magelang Menuju Nol Sampah

Langkah Kota Magelang Menuju Nol Sampah

BERNILAI. Hasil produksi Bank Sampah Induk Kota Magelang dari bahan anorganik yang mempu menghasilkan rupiah.(foto : ika zahara/magelangekspres)--Magelangekspres.com

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Sampah itu harusnya menjadi berkah bukan musibah. Karena sampah bisa saja jadi rupiah. Kenyataan itu menjadi motivasi tersendiri bagi masyarakat di Kota Magelang untuk mengelola sampah dengan baik, sampai bernilai, bahkan bisa membantu perekonomian keluarga.

Hal itu dikatakan Manager Produksi Bank Sampah Induk Kota Magelang Widodo, saat ditemui magelangkspres.com, Senin, 3 Oktober 2022. Tingkat kesadaran warga Kota Magelang mengelola sampah pun dianggap mengalami tren positif setiap tahunnya.

Hal tersebut dibuktikan dengan terus meningkatnya setoran sampah anorganik ke bank sampah induk. Demikian halnya dengan pengolahan sampah organik yang mampu dimanfaatkan untuk sektor pertanian dan peternakan.

“Termasuk juga jumlah nasabah bank sampah, semakin hari semakin bertambah jumlahnya,” ujarnya.

Widodo menjelaskan, Bank Sampah Induk bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) juga sudah memberikan penyuluhan tentang pengolahan sampah rumah tangga, khususnya sampah organik.

“Pemerintah mencanangkan Kota Magelang bebas sampah, kami telah melakukan eco-enzym, yaitu pengolahan sampah bahan organik rumahan seperti kulit buah yang difermentasi selama 90 hari,” tutur Widodo.

Eco enzym kini menjadi tren metode proses pengolahan sampah yang manfaatnya tidak jadi pupuk, melainkan bisa digunakan sebagai obat asam urat, menetralisir pencemaran air yang tercemar limbah, dan digunakan untuk septic tank supaya tidak berbau.

Eco enzym sendiri sebenarnya bisa dilakukan secara mandiri. Pihaknya pun serius memberikan edukasi semacam itu kepada para ibu rumah tangga maupun organisasi perempuan di Kota Magelang.

Widodo menambahkan, selain eco enzyme, Bank Sampah Induk juga telah mengeluarkan terobosan yakni budidaya maggot. Larva ini sangat efektif mengurai sampah organik untuk dijadikan pupuk yang lebih ekonomis.

“Maggot ini juga tidak berbau, dan teksturnya tidak lembab, kering seperti pasir. Jadi tidak terlalu menjijikan kalau dipegang,” imbuh Widodo.

Berkat Bank Sampah Induk, budaya masyarakat menghasilkan rupiah dari sampah pun mulai menjalar ke semua RT dan RW di Kota Magelang. Tak ayal jika sekarang, tabungan warga dari hasil kelola sampah ini sudah mencapai jutaan.

“Sudah banyak warga yang setor sampah terus mereka nabung di sini. Sampai sekarang sampah terus berkurang juga di Kota Magelang, sangat jauh berbeda dari dulu,” ujar Christin, Manager Umum Bank Sampah Induk. (mg1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com