Siasat Dokter Aziz Menata Kampung Pemulung di Kota Magelang
RUMAH BARU. Bangunan sederhana berbahan dasar kayu di Kampung Gumuk Sepiring sukses dipugar menjadi bangunan permanen yang nyaman untuk ditinggali.(foto : prokompim kota magelang)--Magelangekspres.com
KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY. ID-Wajah sumringah terpancar jelas dari seorang laki-laki berusia 32 tahun, Urip. Warga Kampung Gumuk Sepiring, Kelurahan Tidar Utara, Magelang Selatan itu tidak pernah menyangka pengorbanan tinggal di rumah tak laik huni sejak tahun 2018, akan berakhir di tahun 2022 ini.
Urip tinggal bersama istri dan anaknya di Kampung Gumuk Sepiring, yang memang tidak berukuran luas. Mereka juga tidak menyimpan banyak barang di rumahnya.
Selama 4 tahun, dia tinggal di rumah yang terbuat dari paduan triplek, seng, dan asbes. Di dalam ruangan rumahnya hanya ada sebuah kasur, peralatan memasak, dan sebuah gerobak yang digunakan untuk memulung sampah setiap hari.
”Kami tidak punya banyak perabotan. Peralatan kami ya cuma peralatan buat kerja jadi tukang rosok saja,” kata Urip, Minggu (9/10).
Dia tidak pernah menyangka, Kampung Gumuk Sepiring atau populer dengan sebutan 'Kampung Pemulung' akhirnya mendapat sentuhan program Pemkot Magelang, yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat Maju Sehat dan Bahagia (Rodanya Mas Bagia).
Mereka mendapat kucuran dana Rp35 juta untuk masing-masing rumah berasal dari CSR Bank Jateng. Tangis pun pecah, tatkala puluhan warga melihat rumah yang tadinya seadanya, kini lebih bersih, bagus, dan sehat.
Pemugaran 20 rumah ini dilakukan selama 4 bulan 15 hari. Sebelumnya warga hanya menempati rumah yang terbuat dari kayu, jauh dari kesan bersih dan nyaman. ”Banyak nyamuk, atap sering bocor dan genangan terjadi di mana-mana,” ujarnya.
Mia (24), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Gumuk Sepiring juga merasa sangat bersyukur karena impian untuk tinggal dirumah yang layak dapat terwujud.
”Ya terharu, bersyukur kayak tidak percaya saja. Soalnya kan belum pasti bisa bikin ini (rumah) sendiri dalam jangka lima tahun, apalagi keterbatasan uang,” katanya.
Ia menghuni rumah barunya itu bersama orangtua, suami, dan dua anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga ini bergantung pada penghasilan sang suami yang bekerja sebagai pedagang di pasar.
”Memang masyarakat sini kebanyakan bekerja sebagai pemulung. Karena itu, kami sempat menolak ketika hendak direlokasi ke Rusunawa. Karena bagaimanapun tidak etis, kalau di Rusunawa, yang banyak ditinggali masyarakat berbagai macam pekerjaan, sedangkan kami menumpuk rongsokan di teras rumah,” ujarnya.
Warga Gumuk Sepiring merupakan eks penghuni lahan bengkok di kawasan Canguk, Magelang Utara. Karena ada relokasi dari Pemkot, akhirnya sebanyak 20 KK ini memilih untuk iuran membeli tanah yang saat ini mereka tempati. Selama empat tahun, mereka tinggal hanya dengan rumah tumpang berbahan dasar kayu.
Kehidupan ala kadarnya warga Kampung Gumuk Sepiring, akhirnya mengundang simpati Walikota Magelang dr Muchamad Nur Aziz. Walikota sebenarnya sudah menaruh fokus terhadap 20 KK yang ada di Kampung Gumuk Sepiring itu sejak awal dirinya menjabat. Namun, baru sekitar 5 bulan lalu, keinginan dr Aziz bersama stakeholders itu terwujud.
”Mereka warga kami, sehingga harus kita beri perhatian. Terutama soal kesehatan, karena bagaimanapun kesehatan sangat dipengaruhi dari tempat di mana dia tinggal,” kata dr Aziz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelangekspres.com