Pilkades Cari Pemimpin, Bukan Ajang Untuk Membelah Rakyat

Pilkades Cari Pemimpin, Bukan Ajang Untuk Membelah Rakyat

MONITOR. Bupati, wabup dan jajaran forkopimda didampingi oleh pimpinan OPD melakukan monitoring pilkades yang digelar di 30 desa.(foto : Agus Supriyadi/Wonosobo ekspres)--Magelangekspres.com

WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID- Pilkades serentak 30 desa yang diikuti oleh 98 calon kades digelar kemarin. Diharapkan pilkades akan menghasilkan pemimpin desa yang mumpuni dan mampu membawa sesuai perkembangan kemajuan teknologi. Pasca pilkades rakyat juga diharapkan tetap terjaga persatuan, terjalin silaturahmi dan tidak ada keterbelahan.

“Jangan setelah pilkades, warga terbelah, bahkan salat Jumat saja tidak mau bersama lagi. Yang seperti itu harus diakhiri sejak pilkades saat ini. Saatnya bersatu, berikan yang terbaik untuk kemajuan desa, baik itu yang menang maupun yang kalah,” ucap Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat saat meninjau proses pemungutan suara di Desa Selokromo Leksono, kemarin.

Menurutnya, pilkades harus dijadikan sebagai ajang demokrasi di tingkat desa untuk mencari pemimpin. Sehingga harus disambut gembira oleh masyarakat. Bahwa dalam prosesnya diwarnai dengan persaingan yang ketat untuk saling menang, hal itu dianggap wajar.

“Persaingan untuk merebut hati rakyat agar memilih itu wajar, namun tidak boleh menghalalkan segala cara, sudah ada koridornya, sehingga warga yang memilih akan senang dan tercipta suasana damai,” ucapnya.

Afif juga meminta agar semua calon kades, siap untuk menang dan siap untuk kalah. Menjaga sikap dan perkataan dalam proses pilkades penting. Tim sukses dan masyarakat yang jadi pendukung juga harus diajak dewasa, memilih kades bukan merupakan akhir dari segalanya.

“Yang menang jangan jumawa, yang kalah jangan berkecil hati, selalu ada kesempatan kedepan. Bangun terus semangat optimisme, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengabdi kepada desa,” ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Wabup Wonosobo, Muhammad Albar. Menurutnya, pilkades bukan ajang dendam antar kelompok atau personal, tapi ajang demokrasi di tingkat desa untuk pemimpin yang bisa membawa desa lebih maju.

“Pilkades jadi bukan ajang balas dendam, justru ada niat mulia yaitu mencari pemimpin yang baik dan bisa memajukan desa,” katanya.

Menurutnya, pilkades juga sering memunculkan dendam jangka panjang, bahwa terbawa hingga anak cucu. Sehingga sering menimbulkan persaingan yang tidak sehat, bahkan memproduksi ujaran kebencian dan kampanye hitam.

“Pilkades sekali lagi ajang untuk meningkatkan kualitas demokrasi, bukan memelihara dendam, kita harapkan ini tidak perlu terjadi, pilkades harus disambut gembira tanpa tekanan,” tandasnya.

Usai pilkades, Gus Albar meminta semua pihak yang sebelumnya terpecah karena pilihannya, harus kembali bersatu, sebab siapapun yang jadi itu sudah takdir. Semua harus menerima dengan ikhlas. Dan kembali fokus memajukan ekonomi desa.

Sementara itu, Kepala Dinsos PMD, Harti, mengemukakan pilkades serentak diikuti 30 desa yang berada di 14 kecamatan di Kabupaten Wonosobo, dengan jumlah total calon kades yang bersaing untuk berebut kursi kades sebanyak 98 calon.

“Total ada 30 desa di Kabupaten Wonosobo, dengan jumlah total 98 calon yang bersaing,” katanyanya.

Proses atau tahapan pilkades sudah dimulai sejak beberapa bulan silam, diawali dengan pembentukan kepanitiaan, sosialisasi, pendaftaran, verifikasi, ujian seleksi bagi pendaftar lebih dari 5, pengumuman calon, kampanye dan pemungutan suara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com