Pandai Berbisnis, Linda Tercatat Sebagai Wisudawan Terbaik dengan IPK Tertinggi di Untidar

Pandai Berbisnis, Linda Tercatat Sebagai Wisudawan Terbaik dengan IPK Tertinggi di Untidar

WISUDA. Rektor Untidar, Prof Mukh Arifin mewisuda mahasiswi S1 Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) menjadi wisudawan terbaik pada Wisuda Pascasarjana, Sarjana dan Ahli Madya, Universitas Tidar ke-62 Tahun 2022, Sabtu (26/11).--Magelangekspres.com

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID-Universitas Tidar Magelang melaksanakan wisuda ke-62 secara luring di Gedung Kuliah Umum dr. H. Suparsono, Kampus Tuguran Untidar pada Sabtu, (26/11).

Pada prosesi ini, diikuti 542 wisudawan, tercatat 182 wisudawan berhasil mendapatkan predikat cumlaude atau dengan pujian. Pewisudaan terdiri dari 4 wisudawan dari Jenjang Pascasarjana (S2), 487 wisudawan dari Jenjang Sarjana (S1) dan 51 wisudawan dari jenjang Diploma (D3).

Rektor Untidar, Prof. Dr. Ir. Mukh. Arifin saat menyampaikan sambutannya berpesan Untidar selama sekian tahun telah dibiasakan dengan dunia digital, baik melalui kegiatan pembelajarab online, diskusi dan seminar online, kegiatan kemahasiswaan dan komunikasi menggunakan media sosial. "Kami yakin para wisudawan telah belajar menghargai keberagaman dan senang berteman denfan warga masyarakat yang berbeda suku, ras, agama maupun golongan. Oleh karenanya kami pun berharap para wisudawan nantinya mampu menjadi warga negara yang baik. Semakin menglobal, saat ini di dunia yang syarat dengan teknologi digital, tanpa sekat wilayah, tanpa sekat budaya dan sekat-sekat lainnya,"pesannya.

Wisudawan peraih IPK tertinggi Linda Timorita Hamzah, mahasiswi S1 Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) menjadi wisudawan terbaik pada Wisuda Pascasarjana, Sarjana dan Ahli Madya, Universitas Tidar ke-62 Tahun 2022.

Mahasiswi kelahiran Cilacap, 31 Agustus 2000 ini mendapatkan IPK 3,93 dengan waktu kelulusan 3 tahun 9 bulan 29 hari.

Linda sempat terpikir untuk tidak meneruskan kuliah di Untidar dan memilih masuk ke sekolah kedinasan saja karena ingin langsung kerja setelah lulus kuliah. Namun ternyata Linda tidak lolos seleksi dan akhirnya mantap untuk kuliah di Untidar. “Setelah mengetahui lolos SNMPTN di Untidar saya masih berharap bisa lolos ke STAN. Namun ternyata tidak lolos seleksi. Sempat mau gapyear dan mengejar ke STAN di tahun berikutnya namun tidak diijinkan Bapak dan tidak lolos seleksi untuk kedua kalinya. Memang takdir saya sepertinya harus di Pendidikan Biologi Untidar,” jelasnya.

Anak pertama dari 3 bersaudara dari Bapak Aris dan Ibu Yuliati ini mengaku cocok dengan lingkungan Untidar khususnya Kota Magelang.

“Biaya hidupnya murah, lingkungan yang nyaman dan teman-teman yang ramah membuat saya ‘kerasan’. Dosen Prodi Pendidikan Biologi juga alhamdulillah sangat mengayomi terlebih angkatan saya adalah angkatan pertama Pendidikan Biologi,” tambahnya.

Dosen-dosen tidak hanya mendampingi dalam dunia perkuliahan saja namun juga di bidang non akademik dan organisasi khususnya koordinator Prodi, Dr. Setiyo Prajoko, M.Pd. “Selama dibimbing beliau saya bisa menjadi penerima pendanaan PMW universitas tahun 2019 &2020, KBMI 2020, KIBM 2020, ikut dalam program mahasiswa pertukaran pelajar permata sakti, menjadi asisten  dosen, asisten penelitian dan pengabdian, sekretaris UKM, pemateri workshop, dan sebagainya,” tuturnya.

Mengandalkan Beasiswa Bidikmisi, sejak semester 5, Linda memutuskan untuk “survive” dengan mencari uang tambahan sendiri. Mengingat pekerjaan ayahnya yang hanya sbegai petani dan ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga serta masih mempunyai 2 adik yang perlu dibiayai sekolah, Linda mantap untuk berwirausaha.

Keputusan ini juga muncul setelah Linda mendapat pendanaan program wirausaha mahasiswa dengan produk Kaos dan Totebag. Walaupun usaha pertamanya ini kurang berjalan dengan baik, Linda berhasil memetik sebuah pelajaran yaitu melihat potensi usaha yang dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya yaitu mahasiswa.“Saat pendanaan produk saya waktu itu kaos dan totebag. Tapi karena produk ini kurang dibutuhkan sama mahasiswa dan harganya lumayan mahal jadi usahanya tidak bisa berkembang. Lalu munculah ide untuk membuat usaha buket,” lanjutnya.

Usaha buket yang telah berjalan selama 13 bulan ini telah memiliki omset 6-12 juta perbulan. Buket yang dihasilkan bukan hanya buket bunga namun bisa dikreasikan dengan berbagai macam barang sesuai pesanan pelanggan. Harganya pun beragam, buket snack mulai Rp 20 ribu, buket balon mulai Rp 50 ribu, buket bunga artificial mulai  Rp 25 ribu, buket bunga edelweis mini mulai 15k, jasa buket uang mulai 35k, buket bunga asli mulai 45k, figura 3D mulai 30k.“Penghasilan bersih sekitar Rp 3-4 juta cukup untuk membiayai sewa kos, sewa toko, operasional toko, makan sehari-hari, sharing profit denga rekan usaha dan di tabung kalau ada sisa,” jelas Linda.

Tanpa mengurangi semangatnya untuk terus mengembangkan usahanya, Linda juga menyimpan mimpi untuk menjadi seorang dosen.
“Sambil melihat peluang,  nanti ke depannya bagaimana karena saya ingin melanjutkan studi, melalui PPG atau S2,” ungkapnya.

Linda membagikan pesan bahwa tetap semangat dan jangan pernah putus asa, karena kita akan bisa menjadi apa yang kita inginkan.
Semangat belajar dan berwirausaha  berasal dari dalam dirinya. Linda ingin menjadi sukses dan membanggakan orang tua sekaligus membuktikan kepada orang-orang yang memandang sebelah mata bahwa dirinya bisa lebih dari yang mereka pikirkan.(rls/hen)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com