Ideologi Transnasional Mengancam Generasi Muda, Mahasiswa UMP Diajak Bentengi Diri Lewat Seminar

 Ideologi Transnasional Mengancam Generasi Muda, Mahasiswa UMP Diajak Bentengi Diri Lewat Seminar

SEMINAR. Sejumlah mahasiswa angkatan 1 UMP tampak serius mengikuti Seminar bertajuk Peran Mahasiswa dalam Menangkal Ideologi Transnasional di Kampus 3 UMP, kemarin.(foto : Eko Sutopo/Purworejo Ekspres)--Magelangekspres.com

PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Ideologi transnasional menjadi ancaman serius bagi kalangan generasi muda.Penyebabnya antara lain adanya kecenderungan pergeseran pola peradaban sosial budaya pada era digitalisasi saat ini yang menyebabkan milennial lebih leluasa mengakses informasi.

Generasi millenial, khususnya mahasiswa, menjadi salah satu kalangan rentan sehingga perlu memiliki pengetahuan yang baik untuk membentengi diri.
Kondisi tersebut disikapi oleh Fakultas Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) dengan menggelar Seminar bertajuk Peran Mahasiswa dalam Menangkal Ideologi Transnasional untuk Meningkatkan Rasa Kebangsaan di Ruang Seminar kampus 3 UMP, Kamis 22 Desember 2022.

Seminar berlangsung Luring dan Daring diikuti seribuan mahasiswa baru/angkatan 1 serta perwakilan HIMA dan UKM.

Hadir 2 pemateri utama, yakni Bripka Mochammad Zaenudin Abdullah (Anggota Polres Purworejo) dan Maki Zaenudin Subarkah SPsi MPsi T (Dosen Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Jakarta).

Seminar diawali dengan paparan materi oleh Rektor UMP keynote speaker, Dr Rofiq Nurhadi MAg.

“Ancaman ideologi transnasional bagi mahasiswa dewasa ini memang sangat kuat. Dalam kenyataannya seiring pesatnya laju digitalisasi, banyak dipertontonkan hal-hal yang menyimpang dari rumusan Pancasila sehingga dapat mengikis dan melemahkan sikap atau rasa bela negara. Pada era digital ini mahasiswa lebih leluasa mengakses informasi sehingga harus mampu memilih dan memilah,” kata Muh Alfian SH MHum, Dosen Prodi Hukum Fakultas Ilmu Sosial UMP selaku ketua panitia seminar.

Ideologi transnasional merupakan ideologi yang menyebar di banyak negara akibat perbatasan ekonomi dan sosial antarnegara yang semakin kabur dan semakin berkembang pada era digitalisasi ini.

Menurut Alfian, seminar menjadi salah satu upaya untuk menangkal kondisi tersebut. Adanya seminar sekaligus untuk mengisi dan memperingati Hari HAM tanggal 10 Desember dan Hari Bela Negara tanggal 19 Desember.

“Peserta seminar kita fokuskan untuk mahasiswa baru atau angkatan 1 yang berjumlah sekitar 1.010 mahasiswa. Harapannya seminar ini menjadi bekal mereka selama menempuh studi dan selanjutnya mampu menjadi agen-agen penangkal transnasional,” jelas Alfian.

Rofiq Nurhadi dalam paparannya menyampaikan materi terkait corak keberagamaan dan ideologi islam transnasional di Indonesia.
Menurutnya, gerakan transnasional merupakan hasil copy paste dari negara lain alias tidak lahir melalui perkumpulan masyarakat Indonesia.
Menurutnya, Islam masuk ke Indonesia secara damai, melalui jalur perdagangan dan akulturasi.

Pihaknya juga menegaskan bahwa  bahwa sesuai kajian Al Quran tidak ada satu pun di dalamnya yang menyebutkan bahwa Islam mengajak kekerasan.
“Jadi Sangat tidak dibenarkan jika ada kekerasan yang mengatasnamakan agama,” tegasnya.

Sementara itu, dua pemateri dalam paparannya sama-sama menekankan kepada mahasiswa agar memahami ciri-ciri ideologi transnasional serta radikalisme dan terorisme.

Setelah paham, mahasiswa harus berupaya menangkalnya dan berupaya menjadi teladan bagi generasi muda.

Pada bagian akhir, Maki Zaenudin Subarkah menyimpulkan bahwa tidak ada terorisme tanpa radikalisme.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com