Mitos Cukur Rambut Gimbal di Wonosobo, Bila Permintaan Anak Tak Dituruti Gimbal Bisa Tumbuh Lagi
Potret peserta ruwat cukur rambut gimbal sebelum melaksanakan ritual pemotongan, Minggu 27 Agustus 2023-MOHAMMAD MUKAROM-MAGELANG EKSPRES
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Wonosobo, Agus Wibowo mengatakan, permintaan anak berambut gimbal tersebut dinilai cukup sederhana.
Dirinya menyampaikan, kegiatan ruwat cukur rambut gimbal di Wonosobo sempat diketahui ada yang pernah meminta barang-barang mahal mulai dari motor, mobil, bahkan truk bego.
"Permintaan itu bukan murni atas keinginan anak. Tapi permintaan tersebut spontan, ceritanya memang itu banyak terjadi bagi anak-anak berambut gimbal keturunan Kyai Kolodete," ujar Agus Wibowo.
Ia mengisahkan, dulu ada beberapa anak yang meminta permintaan di luar nalar. Bahkan ada seorang anak setelah dicukur gimbal menginginkan truk bego.
"Dulu itu sempat ada yang truk bego, nah itu jadi beban orangtuanya yang berkewajiban untuk memenuhinya," katanya.
Kegiatan ruwat cukur rambut gimbal kemarin diikuti sebanyak 6 orang asal Wonosobo untuk dijamas atau dikeramas.
Sejurus kemudian, rambut gimbal itu lalu dipotong dan kemudian hasil potongan rambutnya dilarung di Telaga Menjer Garung serta diikuti dengan doa bersama.
"Dari 6 anak itu permintaannya beda. Ada yang minta sepeda listrik dan harus yang berwarna biru, ada yang minta dicukur langsung oleh orang tuanya, dan yang unik 1 orang yaitu minta cobek, es krim, dan payung saja," tutur Agus Wibowo.
Agus Wibowo menjelaskan terkait tradisi unik yang terus dilestarikan di Wonosobo tersebut, anak yang lahir dengan rambut gimbal merupakan anak istimewa yang dipercaya sebagai titisan Kyai Kolodete.
"Anak-anak berambut gimbal itu istimewa karena mereka membawa titipan sesepuh Wonosobo yaitu rambut gimbal. Gimbalnya itu tidak semua, hanya beberapa bagiannya saja," jelas Agus Wibowo.
Sesepuh adat Wonosobo sekaligus dalang ruwat cukur rambut gembel, Sucipto menjelaskan, prosesi ritual ruwat cukur rambut gembel dilakukan saat bulan Sura atau Muharram.
BACA JUGA:WOW! Kemeriahan Kirab Budaya di Desa Kaponan Magelang Disaksikan Ribuan Warga
Masing-masing anak yang diruwat telah disediakan tumpeng yang berisikan makanan lokal yang disebutkan memiliki makna tertentu, khususnya sebagai simbol permohonan keselamatan dari Tuhan Maha Esa.
"Semua elemen pada tumpeng, dan tumpengnya sendiri pun punya arti semuanya. Tentunya berharap agar dengan tradisi ini menjadi media doa kepada Tuhan agar selalu diberikan keselamatan dan dijauhkan dari bahaya," jelasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres