Pancaroba, Dinkes Ajak Masyarakat Wonosobo Jaga Kesehatan
--
WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES - Semenjak dua pekan terakhir, Kabupaten Wonosobo mulai mengalami turun hujan meski intensitasnya masih tergolong rendah. Praktis, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat berikan himbauan untuk menghadapi masa pancaroba.
Menurut prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peralihan musim kemarau ke musim hujan mulai terjadi di pertengahan hingga akhir Oktober 2023. Puncaknya pada dua minggu pertama di November mendatang.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonosobo, dr Mohammad Riyatno mengungkapkan musim pancaroba tersebut memiliki dampak bagi Kesehatan masyarakat.
BACA JUGA:Penyaluran Beras ke Wonosobo Dijamin Tak Mengandung Sintetis
"Musim ini akan berdampak terhadap kesehatan manusia. Kalau tidak jaga stamina, tubuh akan mudah terserang penyakit dan tentunya menurunkan daya tahan tubuh," katanya saat ditemui wawancara belum lama ini.
Menurutnya, musim pancaroba biasa terjadi di negara tropis yang mana masyarakat akan dihadapkan dengan kondisi cuaca panas ekstrem di siang hari, dan cuaca dingin karena hujan yang disertai angin di sore atau malam harinya.
Pada fenomena tersebut, dr Riyatno menyebut setidaknya ada empat potensi penyakit yang akan sering dijumpai pada permulaan menuju peralihan musim.
"Yang biasa terjadi itu sakit flu, demam, diare, bahkan gangguan pernapasan. Karena cuaca ekstrem seperti saat ini, bagi yang tidak terbiasa jaga kesehatan maka akan kaget dengan adanya peralihan musim tersebut," terangnya.
Dirinya menghimbau kepada masyarakat agar senantiasa menjaga protokoler kesehatan. Pasalnya, suhu udara di Kabupaten Wonosobo cukup panas akhir-akhir ini, namun kemudian hujan lebat di sore/malam harinya.
BACA JUGA:Anggaran Rp50 Miliar Dari DPUPR Wonosobo, Hanya Mengcover Tiga Titik
"Tidak perlu khawatir karena kita tahu pancaroba akan terjadi paling tidak setahun dua kali. Nah, sepatutnya protokol kesehatan harus diperhatikan ya," tuturnya.
Ia juga meminta, agar masyarakat bisa mengurangi aktivitas yang bersentuhan langsung dengan panas matahari. Selain karena cuaca ekstrem, upaya tersebut sekiranya dapat mengurangi resiko penurunan daya tahan tubuh manusia.
"Saya kemarin waktu pergi haji, saya baru sadar ternyata himbauan dari tim pendamping haji agar kita tidak banyak beraktifitas di bawah terik matahari itu sangat bermanfaat. Alhamdulillah saya waktu itu tetap sehat," katanya.
Ditandaskan, dalam situasi yang demikian itu, masyarakat disarankan untuk meningkatkan jumlah konsumsi air mineral. Tak hanya itu, Kepala Dinkes Wonosobo tersebut juga merekomendasikan supaya masyarakat menggunakan pelindung kulit dari terik matahari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: