Kisah Hilangnya Dusun Legetang di Dieng Tahun 1955 Mirip di Zaman Nabi Hud
Kisah Hilangnya Dusun Legetang di Dieng Tahun 1955 Mirip di Zaman Nabi Hud --
Setiap malam seperti itu, hingga akhirnya terjadi peristiwa tragis 17 April 1955. Malam itu, hujan lebat sekali, petir terus menyambar. Tak ada yang berani keluar tapi mereka tak pernah berhenti berbuat maksiat. Mereka tetap minum miras, berjudi dan berzina.
Sampai lewat tengah malam hujan berhenti, sunyi senyap. Tiba-tiba terdengar suara sangat keras seperti bom. Suara itu terdengar dari desa-desa sekitar tapi tak ada yang berani keluar rumah. Malam itu, suasananya sunyi, dingin dan gelap.
Baru keesokan hari orang-orang yang tinggal di sekeliling dusun tersebut keluar rumah. Mereka kaget melihat Gunung Pengamun-amun yang separuh sudah tidak ada, dan mereka lebih kaget lagi ketika gunung yang separuh itu sudah pindah ke Legetang.
Ini bukan longsor. Kalau longsor maka lembah-lembah yang berada di bawah gunung itu tertimpa longsoran. Sebab, letak Dusun Legetang itu berada di bawah lembah-lembah tersebut. Kenyataanya lembah-lembah itu tidak terkena longsoran.
Dan Dusun Legetang hilang tertimbun longsoran dari gunung Pengamun-amun.
Kemungkinan gunung itu dipotong dan diangkat kemudian ditimpakan ke Dusun Legetang. Lalu siapa yang mampu melakukan itu semua? Hanya Allah Ta’ala yang mampu. Dan ini menjadi rahasia Allah. Hanya Allah yang tahu.
Hilangnya Dusun Legetang di kawasan Dieng ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Kalau kita tinggal di sebuah komunitas, yang isinya maksiat dan tak ada yg mengingkari maksiat tersebut maka siap-siap pindah karena ancaman azab Allah.
Tapi kalau ada yang mengingkari maka berterima kasihlah pada orang-orang yang mengingkari, yang selalu beristighfar pada Allah, walaupun mereka orang-orang miskin.
Bisa jadi Allah secara umum belum menjatuhkan azab di negeri ini yang banyak kemaksiatan, kemusyrikankan dan kekufuran.
Karena masih ada orang-orang yang selalu bersimpuh memohon dan beristigfar pada Allah sehingga Allah kasihan dan belum memberikan azab di negeri kita.
Tugu Beton Sebagai Penanda Dusun Legetang
Kini, Dusun Legetang tinggal nama. Untuk mengenangnya dibuatlah sebuah tugu beton setinggi 10 meter. Tugu yang berdiri tegak di tengah ladang kentang milik warga itu sebagai penanda pernah terjadi bencana yang luar biasa.
Seiring perjalanan waktu, saat ini bagian luar tugu tampak lapuk, terlihat retak-retak dimakan usia. Tidak ada tulisan khusus pada tugu itu yang menceritakan peristiwa tragis masa lalu. Cerita tentang peristiwa tragis yang menyebabkan Dusun Legetang itu hilang hanya diperoleh dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Satu-satunya data yang bisa ditemukan pada tugu itu adalah pahatan marmer berisi daftar bencana di dataran tinggi Dieng berikut jumlah korban.
Pahatan tersebut berada di Desa Kepakisan atau tepatnya di pertigaan menuju ke objek wisata kawah Sileri. Di pahatan itu tertulis jumlah korban jiwa akibat terkuburnya Dusun Legetang yang mencapai 450 orang.
Mirip dengan Kisah Umat-umat Terdahulu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: