Serumah Berbeda-beda Keyakinan, Namun Tetap Harmonis di Wonosobo
Gapura masuk Desa Buntu Wonosobo yang menyimpan toleransi beragama tingkat tinggi di salah satu keluarga yang tinggal di sana-MOHAMMAD MUKAROM-MAGELANG EKSPRES
WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES – Agama bukan merupakan suatu keyakinan yang diwariskan dari nenek moyang ke anak dan cucunya.
Melainkan masyarakat diberi kebebasan dalam menentukan kepercayaan, melalui berbagai tahap menjalani roda kehidupan.
Demikian disampaikan oleh seorang Tokoh Agama Buddha di Desa Buntu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Tuwarno (52), saat ditemui di kediamannya, Selasa (19 Desember 2023).
Sebagai informasi, Desa Buntu merupakan salah satu desa yang dikenal sebagai desa yang terus tumbuh dengan sejumlah kepercayaan.
Menurut data terbaru yang dihimpun, desa yang terletak di ketinggian 1750 meter dari permukaan laut itu ditinggali sebanyak 900-an Kartu Keluarga (KK).
Terdiri dari 25 KK penganut agama Budha, 60 KK Katolik, 2 KK Protestan, 1 orang Hindu, dan selebihnya menganut agama Islam.
BACA JUGA:Moderasi Beragama di Indonesia Semakin Kokoh Setelah Perpres No 58 Tahun 2023 Diteken Jokowi
Desa ini terdapat sejumlah rumah peribadatan yang terdiri dari Gereja Katolik, Vihara, Masjid dan beberapa surau di dusun-dusun.
“Uniknya di desa kami ini, agama tidak dari keturunan, tapi masing-masing orang yang menentukan pilihannya sendiri,” katanya saat diwawancara.
Tuwarno menceritakan, sikap toleransi tersebut juga dibuktikan di kehidupan keluarga besarnya.
Dalam satu rumah, terdapat ragam kepercayaan yang dianut oleh istri, anak, bapak, ibu, dan dirinya, menghiasi kediamannya.
Tokoh Agama Buddha di Desa Buntu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Tuwarno-MOHAMMAD MUKAROM-MAGELANG EKSPRES
Mulai dari pemeluk Agama Buddha, Katolik, Islam, dan Kejawen.
Dari perbedaan ini, membuat nuansa keharmonisan rumah tangga dapat tergambarkan dalam lingkup kecil di Desa Buntu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres