Muncul Polling Calon Walikota Magelang, Direktur Indo Baremeter M Qodari : Polling Rawan Dimobilisasi

Muncul Polling Calon Walikota Magelang, Direktur Indo Baremeter M Qodari : Polling Rawan Dimobilisasi

Ilustrasi perbedaan polling dan survei dari lembaga kredibel yang bisa dipertanggungjawabkan-ISTIMEWA-MAGELANG EKSPRES

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES Setelah perhelatan Pilpres dan Pileg 2024 selesai, di Kota Magelang baru-baru ini muncul polling calon walikota. Polling tersebut tersebar melalui grup-grup WhatsApp maupun media sosial lainnya.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menyebut bahwa polling lebih rawan dimobilisasi ketimbang survei dengan metodologi ilmiah.

“Polling itu cenderung aktif dan tidak bisa dijadikan patokan karena polling rawan dimobilisasi,” kata M Qodari.

Menurutnya, selama pelaksanaan Pilpres 2024 lalu, banyak media sosial X (dulu Twitter) yang aktif melaksanakan polling.

BACA JUGA:Fitnah Konspirasi Kecurangan Pemilu, Qodari: Itu Acara Terbuka Hasil Survei Jakarta

Demikian halnya dengan siaran YouTube televisi nasional maupun media online.

“Anda bisa lihat hasilnya. Tidak ada standardisasi khusus hasil polling. Artinya, hasil polling A bisa terjadi berbeda jauh dengan polling B. Berbeda dengan lembaga survei, yang sejak awal angka-angkanya nyaris konsisten,” ujarnya.

Oleh karena itu, dia berharap masyarakat tidak mudah terpancing dengan adanya polling-polling yang tidak jelas sumbernya, apalagi seperti contoh di Kota Magelang yang hanya tersebar melalui grup-grup WhatsApp.

“Masyarakat perlu melihat dengan luas, kalau survei kita mengambil sampel dari populasi nasional. Tapi kalau polling Twitter atau media online, sampelnya walaupun puluhan ribu dia tidak menggambarkan populasi nasional,” terangnya.

BACA JUGA:Sederet Prestasi Prabowo di Militer, Qodari Nilai Sangat Pantas Terima Bintang 4

Lain halnya dengan survei resmi, kata dia, walaupun hanya mengambil sampel 1.200 atau 2.400 responden karena metodenya ilmiah maka bisa mewakili 200 jutaan pemilih.

“Sama halnya ketika survei dilakukan di tingkat daerah, akan lebih objektif sedikit responden tapi sampel dan metodologinya ilmiah dari pada ribuan responden tapi dilakukan secara polling,” ungkapnya.

Ia berharap masyarakat untuk cerdas menyikapi polling-polling maupun survei yang tidak dilakukan oleh lembaga kredibel.

BACA JUGA:Prabowo-Gibran Unggul 58 Persen Quick Count, M Qodari : Masyarakat Ingin Pilpres Sekali Putaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelang ekspres