Sempat Panen Raya saat Lebaran, Kini Beberapa Sektor Usaha Musiman di Wonosobo Mulai Sepi Pembeli
KONVEKSI. Gudang usaha bidang konveksi di Wonosobo.-istimewa-Magelang Ekspres
WONOSOBO, MAGELANGEKSPRES - Berkah lebaran, membawa kabar baik untuk seluruh pengusaha, karena sempat dibanjiri pembeli. Akan tetapi pasca hari raya, beberapa sektor usaha musiman di Wonosobo mulai alami krisis transaksi.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Wonosobo, Dwi Sukatman mengatakan, keadaan tersebut biasa terjadi ketika masuk momentum high season, salah satunya seperti peringatan hari besar.
"Kalau di lebaran begini, semua sektor usaha meningkat sampai 120 persen. Tapi yang harus diwaspadai itu pasca lebaran, karena spending keuangan masyarakat turun," kata Dwi Sukatman kepada Wonosobo Ekspres, Kamis (25/4).
BACA JUGA:Harga Bawang di Wonosobo Terus Naik Selama 3 Pekan Berturut-turut
Menurut dia, pengusaha musti mengatur cash flow dan memanajemen keuangan. Dengan begitu, para pelaku usaha tidak akan merasa keteteran ketika menghadapi high season dan hari-hari setelahnya.
"Semuanya harus diatur, bisa jadi perlu ada subsidi silang, sehingga ketika kondisi pasar turun, pengusaha punya tabungan. Nah, uang cadangan ini digunakan untuk momentum high season, seperti lebaran, liburan sekolah, tahun baru, dan seterusnya," tuturnya.
Beberapa sektor usaha yang ramai ketika lebaran Idul Fitri 2024 lalu, yaitu sektor pariwisata, usaha bidang konveksi, penginapan, jasa transportasi, dan bidang kuliner. Kata Dwi, tidak ada yang sepi pelanggan di high season.
Akan tetapi, yang dikhawatirkan olehnya adalah hari-hari setelah momentum high season berakhir. Di mana, hanya beberapa sektor usaha yang masih tetap mentereng dan tidak musiman, sementara lainnya akan mendapati situasi rendah transaksi.
BACA JUGA:TKL Ecopark dan Korban Roller Coaster di Kota Magelang Sepakat Selesaikan Secara Kekeluargaan
"Yang tetap eksis itu pelaku usaha yang memenuhi kebutuhan domestik masyarakat, kebutuhan primer, seperti makanan dan bahan pokok. Tapi yang lainnya, sulit diprediksi akan ramai atau tidak jualannya," ujarnya.
Dwi mengungkapkan, keadaan itu biasa terasa di hari raya. Pasalnya, masyarakat akan menabung untuk dibelanjakan habis-habisan ketika lebaran.
Kemudian pasca hari raya, daya beli akan menurun, seiring dengan berakhirnya momentum tersebut.
"Secara keuangan, nanti akan ngumpul di beberapa orang. Dari masyarakat kan keluar semuanya nih, biasanya perdagangan mulai turun, kecuali pedagang barang kebutuhan pokok, kebutuhan domestik, itu pasti stabil, tapi untuk kebutuhan sekunder dan tersier pasti turun," jelasnya.
Ditambahkan, fenomena itu tidak berlaku di hari-hari biasa, karena mulai maraknya pasar online. Perdagangan yang begitu cepat sudah bertransformasi dari konvensional ke digital, dinilai jadi faktor lain yang membuat pasaran sepi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres