Tinggalkan Pertanian Tradisional, Kementan Gandeng Milenial Menuju Pertanian Modern

Tinggalkan Pertanian Tradisional, Kementan Gandeng Milenial Menuju Pertanian Modern

Tinggalkan Pertanian Tradisional, Kementan Gandeng Milenial Menuju Pertanian Modern--

MAGELANG - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah berupaya melakukan transformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern. Dengan memanfaatkan teknologi, Kementan optimis generasi milenial tertarik untuk mengambil peran dalam peningkatan produktivitas sektor pertanian.

Disampaikan dalam Kuliah Umum yang diselenggarakan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) pada Jumat (25/10/2024), Tenaga Ahli Menteri Bidang Pengembangan Pertanian Presisi, Desrial mengajak milenial dan generasi Z untuk mengambil peran dalam pertanian modern.

“Dalam pengembangan pertanian ke depan, mutlak melibatkan kaum milenial. Di negara maju, petaninya adalah orang-orang terdidik. Sehingga berorientasi pada keuntungan. Ini yang akan dibangkitkan, agar milenial termotivasi untuk ikut” jelasnya.

Terlebih, Ia menyebutkan Indonesia akan menghadapi bonus demografi, lebih dari 60% penduduknya berada pada usia produktif. Jika ini dimanfaatkan, Ia optimis pembangunan akan berjalan maksimal.

Untuk itu, Desrial menekankan pentingnya penguasaan teknologi dalam praktik pertanian. Pasalnya teknologi mampu meningkatkan produktivitas.

“Dengan panen tradisional terdapat susut panen sebanyak 12 persen. Sedangkan jika mengaplikasikan teknologi hanya 1 %. Maka dengan hadirnya teknologi akan meningkatkan prosentase panen sebesar 11 persen.” papar akademisi IPB ini.

Selain itu, Ia mengatakan teknologi dan alsintan modern dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya kerja pada budidaya padi.

“Dengan alsintan, dapat menekan biaya produksi hingga 50%, dan meningkatkan produksi hingga 100%,” ungkapnya.

Ia menyebutkan dengan penggunaan alsintan, proses tanam jauh lebih singkat. Jika dilakukan secara tradisional, waktu tanam yang diperlukan sebanyak 200 jam per hektar. Dengan cultivator, hanya memerlukan 5 jam per hektar.

"Alsintan dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja, biaya kerja, dan mengurangi susut hasil.” tegasnya di depan ratusan mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang yang mengikuti kuliah umum.

Untuk itu, Kementan tidak ragu untuk berinvestasi pada teknologi. Bahkan mendorong milenial untuk mengadaptasi teknologi di sektor pertanian.

“Ke depan, Kementan akan fokus pada petani milenial. Kita dorong milenial untuk membentuk suatu kelompok, yang terdiri dari 15-20 orang. Meraka akan mendapatkan 1 paket mesin. Di sana, mereka terjun langsung ke Masyarakat, membantu petani mengelola pertanian. Bola ada di tangan generasi muda,“ ungkapnya.

Senada, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti melibatkan mahasiswa dan alumni Polbangtan/PEPI pada program pertanian modern di beberapa kawasan.

"Sangat penting mendorong regenerasi petani untuk ketahanan pangan Indonesia," tegas Idha.

Dalam sambutannya, Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Bambang Sudarmanto terus mendorong mahasiswa untuk serius menekuni sektor yang menguntungkan ini.

“Saat ini sektor pertanian menjadi yang utama. Ke depan, anak - anak akan berkiprah. Kalian harus berjuang, karena sektor pertanian nantinya akan di tangan anak-anak,” ujarnya.

Ia mengajak mahasiswa untuk terus berkolaborasi menuju Indonesia modern.

"Kita harus siap menghadapi tantangan. Siap merealisasikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia,” pungkas Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: