Petani Padi di Pagerbarang Tegal Menjerit, Harga Gabah Terjun Bebas

Petani Padi di Pagerbarang Tegal Menjerit, Harga Gabah Terjun Bebas

Petani di Desa Pagerbarang, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal saat sedang panen padi. Foto: YERI NOVELI/RADAR SLAWI--

PAGERBARANG, MAGELANGEKSPRES - Petani padi di Desa Pagerbarang, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal saat ini sedang panen raya. Mestinya, mereka bahagia karena padi yang ditanam sejak 3 bulan lalu menghasilkan gabah yang baik.

Namun sayangnya, harga jual gabah anjlok. Sehingga petani menjerit karena mengalami kerugian yang cukup besar.

Hal ini diakui Anggota DPRD Kabupaten Tegal Samsuri BH yang merupakan warga Desa Pagerbarang, Senin (4/11).

Menurutnya, tidak sedikit petani yang curhat terhadap dirinya ihwal anjlognya harga gabah di desa tersebut.

"panen raya kali ini petani mengalami kerugian karena harganya sangat murah. Sementara biaya garap sangat mahal," kata Samsuri yang juga Ketua Fraksi Gerindra ini.


Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kabupaten Tegal Samsuri BH saat melakukan kunjungan kerja. Foto: YERI NOVELI/RADAR SLAWI--

Dia menuturkan, selama proses pengelolaan tanam padi, para petani selalu mengandalkan air sumur pantek atau bor. Sehingga biaya yang dikeluarkan membengkak.

Untuk biaya tanam padi seluas seperempat bau atau sekitar 1.750 meter persegi mencapai Rp 3,5 juta. Sedangkan harga jual gabah hanya Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Sehingga petani mengalami kerugian.

"Kalau tahun lalu harga gabah tinggi, tapi tahun ini sangat murah," ujarnya.

Samsuri berharap, pemerintah daerah segera mencarikan solusi agar harga gabah tidak anjlog di tingkat petani.

"Kalau harga gabah turun, kasihan petani, mereka pasti merugi," ucapnya.

Sementara, Wasirun, salah satu petani padi di wilayah Pagerbarang mengaku mengalami kerugian yang cukup banyak.

Dia menuturkan, harga gabah kering panen saat ini hanya Rp 580 ribu sampai Rp 600 ribu. Sedangkan hasil panen seperempat bau hanya menghasilkan 7-8 kwintal.

Petani padi yang juga tokoh masyarakat di Desa Pagerbarang ini menduga, murahnya harga gabah karena adanya impor beras yang dilakukan oleh para spikulan.

"Kami minta pemerintah daerah menstabilkan harga gabah, sehingga petani hidup makmur dan rakyat sejahtera. Perekonomian juga bisa berjalan lancar," tandasnya. (ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: