Motivasi Shalat Malam dari Para Salafus Shaleh

Motivasi Shalat Malam dari Para Salafus Shaleh

Motivasi Shalat Malam dari Para Salafus Shaleh--

Tsabit al-Bunani berkata, “Tidak ada apapun yang saya rasakan dalam hatiku yang lebih nikmat daripada Shalat Malam.”

Yazid ar-Raqqasyi berkata, “Dengan panjangnya Shalat Tahajjud, mata para ahli ibadah menjadi teduh; dan dengan panjangnya rasa haus (puasa), hati mereka menjadi bahagia saat berjumpa dengan Allah.”

Makhlad bin Husain pernah menceritakan keadaan mereka, “Tidaklah malam berlalu kecuali aku menemukan Ibrahim bin Adham sedang berzikir kepada Allah dan mendirikan shalat; sehingga itu membuatku bersedih hati (karena tidak dapat beramal sepertinya – pen).

Lalu aku menghibur diri dengan ayat, “Demikianlah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar.” (QS. Al-Jumuah: 4).

Abu ‘Ashim an-Nabil berkata, “Dulu Abu Hanifah memiliki sebutan (الوَتَدُ) “Pasak” karena banyaknya shalat yang beliau kerjakan. Diriwayatkan dari al-Qasim bin Ma’in bahwa ia menceritakan, ‘Abu Hanifah pernah membaca satu ayat ini (بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَىٰ وَأَمَرُّ) “Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (QS. Al-Qamar: 46). Dan beliau mengulang-ulangnya sambil menangis dan merendahkan diri hingga waktu subuh.

BACA JUGA:Nikmatnya Melaksanakan Shalat Malam Seperti yang Dirasakan Orang-orang Shaleh

Ibrahim bin Syammas berkata, “Dulu aku melihat Ahmad bin Hambal mengisi malamnya dengan ibadah, dan ketika itu dia masih kecil.”

Abu Bakar al-Marwazi berkata, “Dulu aku bersama Imam Ahmad sekitar 4 bulan di perkemahan, dan beliau tidak pernah meninggalkan Shalat Malam dan membaca al-Quran. Aku tidak mengetahui berapa kali beliau khatam, karena beliau merahasiakannya.”

Dulu Imam al-Bukhari rahimahullah mendirikan Shalat Tahajud pada waktu sahur. Beliau membaca sekitar setengah atau sepertiga al-Quran, sehingga beliau mengkhatamkan al-Quran pada waktu sahur setiap tiga hari sekali.

Ibnu Abdul Hadi menceritakan bagaimana Shalat Malam Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwa pada malam hari, beliau mengasingkan diri dari semua manusia dan menyendiri dengan Tuhannya serta bersimpuh kepada-Nya. Beliau senantiasa membaca al-Quran, mengulang-ulang berbagai ibadah yang dilaksanakan pada siang dan malam hari. Apabila beliau memulai shalat, beliau gemetar hingga badannya terhuyung ke kanan dan kiri.

Ibnu Rajab menceritakan tentang gurunya, Imam Ibnu al-Qayyim, “Dulu beliau melaksanakan ibadah, tahajud, dan shalat yang panjang sekali. Aku belum pernah menyaksikan orang yang seperti beliau dalam ibadahnya dan ilmunya tentang al-Quran, hadits, dan hakikat-hakikat keimanan.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar menceritakan tentang gurunya, al-Hafizh al-Iraqi, “Aku selalu membersamai beliau; tapi aku tidak pernah melihat beliau meninggalkan Shalat Malam. Justru Shalat Malam sudah menjadi kebiasaan beliau.”

BACA JUGA:Amal Sholeh di Awal Dzulhijjah #4, Dapatkan Pahala Melimpah dengan Shalat Malam di Bulan Utama

Mengapa orang-orang mulia ini dapat melakukan itu? Jawabannya sudah diketahui, yaitu karena mereka telah mengenal dan mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga mereka ingin bercengkrama dengan-Nya.

Semoga bisa memotivasi diri kita dan Allah Ta'ala senantiasa memudahkan kita dalam ketaatan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: