Tradisi Metri Lingkungan Kelurahan di Purworejo, Sejak Zaman Belanda Hanya Sekali Absen Gelar Wayang Kulit
LAKON WAYANG. Camat banyuurip didampingi Lurah Kledung Karangdalem menyerahkan lakon wayang kepada dalang menandai dimulainya pagelaran wayang kulit Metri Lingkungan Daleman dan Gemuling kemarin malam.-EKO SUTOPO-PURWOREJO EKSPRES
PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.COM - Tradisi metri lingkungan atau bersih desa yang digelar oleh warga sebagai ungkapan rasa syukur masih mengakar di wilayah Kabupaten Purworejo.
Seperti tradisi metri lingkungan yang digelar oleh warga Kelurahan Kledung Karangdalem Kecamatan Banyuurip.
Bahkan, untuk melestarikan tradisi tahunan tersebut, tercatat sejak zaman Belanda hingga saat ini hanya sekali warga absen menggelar pentas wayang kulit.
Wayang kulit memang bukan tontonan yang terlalu sulit dijumpai saat ini.
Namun, wayang kulit bukan pula pertunjukan yang dapat dikonsumsi setiap hari bagi masyarakat.
Berbeda dengan tontonan televisi atau pertunjukan panggung lainnya.
BACA JUGA:Jaga Eksistensi Wayang Kulit di Purworejo, DKP Gelar Festival Dalang Anak dan Remaja
Wajar saja, setiap pertunjukan wayang kulit yang digelar selalu menyedot perhatian warga.
Terlebih sajian wayang kulit yang disuguhkan guna memeriahkan tradisi di sebuah wilayah.
Kondisi itu terlihat di Kelurahan Kledung Karangdalem, Kecamatan Banyuurip, pada Selasa (14/1).
BACA JUGA:Jokowi Apresiasi Wayang Kulit Dalang Perempuan
Sejak siang hingga malam, pagelaran wayang kulit disajikan oleh dua dalang kondang asal Purworejo.
Lakon ‘Sri Mulih’ dibawakan oleh dalang Ki Sardjono Hadi Prayitno pada siang hingga sore.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: purworejo ekspres