Mampu Turunkan hingga 5,6 Persen, Wonosobo Jadi Pilot Project Penanganan Stunting
STUNTING. Program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di komplek Pendopo Bupati setempat, Minggu (21/5).-foto: agus supriyadi/wonosobo ekspres-MAGELANG EKSPRES
Di mana telah diketahui bersama ditargetkan pada tahun 2024, prevalensi stunting secara nasional sebesar 14 persen.
BACA JUGA:BAHAYA! Memasak dalam Kondisi Mengantuk Bisa Membakar Seisi Rumah
Menilik dampak negatif lanjutan yang permanen, stunting tentunya mengancam kualitas sumber daya manusia sebagai pondasi pembangunan, yang apabila tidak ditangani dengan baik maka akan menghambat kemajuan bangsa.
"Tidaklah mengherankan jika persoalan stunting menjadi agenda pembangunan nasional," katanya.
Dikatakan, Wonosobo menjadi salah satu daerah prioritas dari 100 kabupaten/kota di Indonesia.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 prevalensi stunting Wonosobo telah mencapai 22,7 persen, atau turun 5,4 persen dibandingkan dengan tahun 2021 yang masih diangka 28,1 persen.
Selain itu, lanjutnya, menurunkan angka stunting tidak hanya sekadar memberikan asupan gizi saja namun juga intervensi yang mendukung, seperti cakupan sanitasi, air minum, ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan, serta kelengkapan alat ukur di posyandu.
BACA JUGA:Siapkan Peternak Wonosobo Hadapi El Nino, Kementan Gelar SL
"Di antaranya didukung dengan kondisi akses air minum layak di Kabupaten Wonosobo sudah cukup tinggi yakni mencapai 93,77%, serta 102 desa Open Defecation Free (ODF) atau 38,49%, dan fasilitas USG yang dapat ditemui sebanyak 1 unit di masing-masing Puskesmas," katanya.
Disamping itu, ketersediaan antropometri sampai dengan tahun 2022 masih akan terus dilakukan peningkatan, sebab dari 1.247 Posyandu baru sebanyak 256 Posyandu yang sudah memiliki antropomentri, dan pada tahun 2023 ini melalui dana DAK ditargetkan semua posyandu akan memiliki antropomentri. (gus)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: magelang ekspres
