Begini Sejarah Bukit Rhema Gereja Ayam yang Terkenal karena Film Ada Apa Dengan Cinta 2

Rabu 21-12-2022,13:32 WIB
Reporter : Ika Zahara
Editor : Joko Suroso

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID -  Rumah doa Bukit Rhema yang lebih dikenal dengan nama Gereja Ayam kini mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan. Destinasi wisata yang berlokasi di Kurahan, Kembanglimus, Borobudur ini menyimpan segudang fakta menarik. 

Bangunan yang dirintis oleh seorang warga Lampung, Daniel Alamsjah sebetulnya bukanlah bentuk ayam namun burung merpati yang memakai mahkota. Kala itu Daniel tinggal di Jakarta lalu dirinya mendapat ilham, bahwa di atas sebuah bukit tertdapat gedung yang banyak orang berdoa disana. 

Saat dirinya berlibur di Borobudur dan melihat bukit yang sama seperti dalam ilhamnya kemudian bertemu dengan Warjito, warga setempat yang sedang mencari rumput akhirnya ia meminta izin untuk berdoa semalam disana. 

Dua minggu setelah kepulangannya dari Borobudur ia mendapat kabar dari kepala desa kala itu bahwa tanah tersebut dapat dibeli. Pada tahun 1988 Daniel memulai pembebasan lahan dan tepat pada tahun 1992 mulai membangun rumah doa dengan dana pribadinya. 

Bangunan tersebut dikerjakan secara manual tanpa bantuan mesin apapun. Bentuk bangunan juga tidak menggunakan jasa arsitek, yang secara otodidak dibentuk oleh Daniel. Dengan bentuk burung merpati yang memilki arti lambang perdamaian, kesetiaan, cinta kasih dan ketulusan sehingga diberi nama rumah doa bagi segala bangsa. 

Pembangunan rumah doa ini sempat terhenti dan terbengkalai karena terkendala dana. Lalu pada tahun 2010 sedikit demi sedikit dimulai pembaharuan dengan dana seadanya untuk pemasangan kerangka. 

Sebelum tahun 2015 tempat tersebut lebih dikenal dengan sebutan Bukit Rhema, namun setelah dijadikan lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta tempat tersebut lebih dikenal dengan sebuatn gereja ayam. Banyak orang mengira bahwa gereja ayam dan bukit rhema adalah dua tempat berbeda, nyatanya itu adalah satu tempat yang sama. 

Gedung yang terdiri dari tujuh lantai tersebut kini menjadi tempat berdoa untuk semua umat. Dilantai pertama terdapat tempat khusus untuk memanjatkan doa dan harapan para pengunjung. Konon, siapapun yang  memanjatkan harapan atau menuliskan doanya disana akan terwujud. 

Di lantai tiga terdapat lukisan-luksan yang menggambarkan kisah dari panti rehabilitasi betesda. Panti ini telah dirintis oleh Daniel sejak tahun 2000 yang saat ini sudah menampung ratusan orang dengan pengalaman keterikatan dengan narkoba hingga kenakalan remaja. 

Uniknya bangunan yang dikerjakan secara manual oleh tenaga manusia masih tertlihat kokoh. Di lantai pertama tempat berdoa bangunan masih murni dari bebatuan sehingga suhu ruangan terasa lebih dingin dan segar. Terdapat mushola untuk umat Islam, goa maria untuk umat Katholik dan bilik doa untuk seluruh umat. 

Sebelum pandemi melanda jumlah kunjungan di Bukit Rhema dalam sehari mencapai 1000 hingga 2000 pengunjung. Setelah pendemi ini kunjungan perharinya hanya mencapai 200 orang, namun pada libur natal dan tahun baru 2022 ini tepatnya pada bulan Desember, jumlah pengunjung berangsur membaik. 

Saat ini untuk naik ke Bukit Rhema telah difasilitasi dengan shuttle jeep untuk mempermudah pengunjung menaiki bukit. Hanya dengan membayar tiket masuk Rp25.000 pengunjung mendapat free snack singkong keju latella yang merupakan pemberdayaan masyarakat setempat di kedai Bukit Rhema dengan view Bukit Menoreh. 

Untuk membeli oleh-oleh khas Bukit Rhema pengunjung dapat langsung menju Daun Bukit yang merupakan hasil UMKM masyarakat setempat. Kedai Bukit Rhema dan Daun Bukit juga tak kalah menarik dengan desain yang estetik dan instagramable. (mg1)

Kategori :