"Pada bulan Ramadan tahun ini, tepatnya pada tanggal 14 April. Ketika kami sedang berbuka puasa di depan asrama, tiba tiba terdengar rentetan tembakan terdengar sangat jelas. Bahkan kejadian itu saya rekam," katanya sambil menunjukkan bukti video dari ponselnya.
Bahkan penanggung jawab asrama berkali kali mengusir tentara dan para militer agar menjauh dari wilayah asrama dan kampus. Dengan menjelaskan bahwa ini bukan tempat untuk berperang.
"Tidak enak saat perang saudara terjadi, cari makan susah, akses listrik dan internet mati, dan pasokan bahan makanan tersendat, jalanan sepi," katanya.
Pihaknya mengaku belum memikirkan soal nasib kuliahnya. Namun dia menerima informasi bahwa, sudah ada komunikasi antara pihak universitas di Sudan dengan kementerian pendidikan di Indonesia. (gus)