YOGYAKARTA, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Kementerian Pertanian bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD) menggali potensi wilayah untuk perluasan wilayah Program Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS) di seluruh provinsi di Indonesia. Potensi wilayah sektor pertanian yang dimaksud adalah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua wilayah tersebut berhasil mendapatkan perhatian. Pasalnya, dua provinsi ini mempunyai potensi pertanian yang signifikan.
Di Provinsi Jawa Tengah, Kementerian Pertanian mendorong Kabupaten Magelang dan Kabupaten Banyumas sebagai kabupaten percontohan. Sedangkan Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul akan menjadi proyek percontohan di wilayah DIY.
Keempat kabupaten tersebut dinilai mempunyai peran penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Selain itu, mereka memiliki jumlah petani milenial yang cukup tinggi. Tercatat, 770 petani milenial Sleman, 502 petani milenial Gunung Kidul, 571 petani milenial Kabupaten Magelang, dan 673 petani milenial Kabupaten Banyumas.
Hal ini jelas menjadi sumber daya yang penting dalam memacu pertumbuhan sektor pertanian. Seperti disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa petani milenial mempunyai kemampuan adopsi teknologi yang tinggi. Hal ini sejalan dengan implementasi teknologi revolusi industri 4.0 dan society 5.0 yang dibawa oleh program YESS.
“Sumber Daya manusia (SDM) memegang peran sangat penting dalam pembangunan pertanian. Untuk itu Kementan menargetkan 2,5 juta petani milenial untuk mengisi serta mengembangkan sektor pertanian,” tegas Mentan Syahrul.
Sejurus, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan saat ini adalah eranya generasi milenial untuk mengambil peran dan kesempatan.
“Di era 4.0 bahkan 5.0 ini ada lima hal yang harus dipegang oleh petani milenial yaitu rencana, antusias, ilmu, pengetahuan, keterampilan, dan aksi nyata. Jika itu semua di genggaman kalian impianmu pasti akan terwujud.” ajak Dedi.
Ia mengajak petani milenial untuk mengelola usahanya dengan serius. Dimulai dari budidaya, hilirisasi produk, hingga pengembangan pasarnya. Hal ini menurutnya akan menambah nilai ekonomi, dibandingkan dengan sekedar menekuni sektor budidaya saja.
Dalam lawatannya di kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa), Ketua Tim IFAD, Thierry Mahieux melakukan jajak pendapat dengan perwakilan petani milenial (4/7). Ia memberikan kesempatan bagi petani milenial untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi petani milenial di lapangan. Sehingga ke depan, dapat merumuskan strategi yang sesuai untuk 4 kabupaten ini.
“Program YESS ini akan menjadi jembatan bagi petani milenial terhadap capacity building, pengenalan teknologi baru, akses terhadap lahan, akses permodalan, bahkan akses pasar.” jelasnya.
Ia optimis, melalui program YESS, pertanian dapat menyediakan masa depan yang cerah bagi petani milenial. Dimulai dengan menyediakan pelatihan di bidang teknis maupun keungan, hingga pembentukan usaha berbasis kelompok yang dinilai akan mengeskalasi usahanya.
Hadir pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian sekaligus Direktur Program YESS, Idha Widi Arsanti mengungkapkan bahwa ekspansi ini akan memberikan banyak manfaat bagi petani milenial, daerah, bahkan skup nasional.
“Dengan program ini diharapkan dapat mendorong kolaborasi antara petani milenial, dinas, perusahaan, dan perbankan yang berkelanjutan. Sehingga setelah Program YESS ini selesai, jejaring yang telah terjalin dapat berjalan secara berkesinambungan”, sebut Santi.
Direktur Polbangtan YoMa, Bambang Sudarmanto menyambut baik rencana ekspansi di 4 wilayah percontohan ini. Di depan Wakil Bupati Gunung Kidul, Bappenas, BPP, P4S, pemerintah daerah, perwakilan petani milenial, dan Young Amabassador di wilayah Jateng dan DIY, Ia menyampaikan harapan peningkatan kapasitas petani milenial melalui program ini.
“Kami telah mengidentifikasi 17 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), 8 Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), 3 Bapeltan sebagai Business Development Service Providers (BDSP), dan juga perbankan serta perusahaan untuk melakukan kolaborasi”, ungkap Bambang.