Ingin Ngadem! Anda Bisa Berendam di Pemandian Mudal, Peninggalan Keraton Surakarta yang Buka Sampai Malam

Kamis 05-10-2023,18:52 WIB
Reporter : Suroso
Editor : Suroso

MAGELANG EKSPRES - Berendam di dalam kolam dengan air yang segar, bersih dan jernih bisa menjadi solusi untuk menghilangkan kepenatan di tengah cuaca yang sangat panas. Ingin ngadem? Ingin  tubuh menjadi segar kembali?  Anda bisa datang ke Pemandian Mudal di Dusun Gatak Sirat, Blabak, Kecamatan Mungkid, Magelang.

Dijamin Anda akan merasakan kesegaran air alami yang mengalir dari mata air  yang memacar di tempat tersebut. Dengan berendam cukup lama Anda bakal merasakan kesegaran tubuh yang belum pernah didapat.

Lokasi tepatnya berada di belakang Pabrik Kertas Blabak di Jalan raya Magelang-Jogja. Sangat mudah dijangkau dengan kendaraan mobil atau motor.

BACA JUGA: 4 Air Terjun di Lereng Gunung Sumbing, Pesona Alam Khas Windusari Magelang yang Cantiknya Bak Surga Dunia

Orang-orang di Magelang lebih mengenal dengan nama pemandian Mudal meski sekarang diganti namanya menjadi "Sendang Hageng Tirta Kencana." Sejak direnovasi pada 2018, pemandian tersebut terlihat lebih indah dan menarik tanpa meninggalkan unsur sejarah yang ada. Dilengkapi dengan penerangan yang cukup apik, pemandian Mudal kini buka hingga pukul 21.00 WIB. Sangat nyaman bagi yang suka berendam untuk melawan udara panas di Magelang saat ini.

Bangunan yang diperkirakan telah ada sejak 1900 itu masih kokoh dan digunakan sebagai tempat rekreasi. Mereka yang datang tidak hanya dari Magelang, juga dari daerah lain. Mereka sengaja datang untuk menikmati kesegaran air dari pemandian usianya sudah 123 tahun lebih.

Bangunan yang ada pada pemandian bergaya Kasunanan Solo, dengan warna asli cat bangunan kuning dan hijau yang menjadi simbol Keraton. Hingga kini sumber mata air pemandian tersebut terus mengalir meski di musim kemarau.

BACA JUGA:Fakta-fakta Wisata Embung Kledung dengan Segala Keindahan dan Eksotisme Wisata Buatan di Temanggung

Kisah Petani yang Hilang saat Membajak Sawah

Menurut penuturan sesepuh desa setempat, di lokasi tersebut dahulu terhampar persawahan yang diolah oleh penduduk secara konvensional. Di sebuah petak sawah, ada seorang petani penggarap lahan tanaman sedang bekerja keras membajak tanah lengkap dengan peralatannya.

Di saat, sedang giat bekerja membajak sawahnya, tiba-tiba ia menghilang tanpa jejak. Petani beserta seluruh peralatan yang dibawanya hilang dalam sekejap.

Kemudian penduduk sekitar berbondong mencari ke mana-mana namun tidak ditemukan. Akhirnya, banyak anggapan yang beredar di tengah masyarakat, diantaranya,   status pembajak tersebut yang masih pengantin baru. Baru lima hari yang lalu dia  melangsungkan pernikahan dengan seorang putri.

BACA JUGA:Ini Alasan Candi Arjuna Dieng Jadi Candi Tertinggi Sekaligus yang Tertua di Indonesia

Saat yang sama di tempat yang digarap pembajak semula tampak keluar air. Kian lama kian deras sehingga meluber menggenangi lahan sekitar. Air yang keluar pun tak terbendung lagi, dengan hikmah menyuburkan tanah pertanian dan sarana irigasi.

Pihak Keraton Surakarta  kemudian memanfaatkan air yang keluar dari mata air yang ada di sawah warga tersebut untuk tempat pemandian. Sedangkan air yang keluar dari pemandian, digunakan untuk mengairi lahan pertanian. (*)

Kategori :