Produktivitas Pangan Purworejo Turun Drastis Akibat Kemarau Panjang

Sabtu 12-10-2024,10:35 WIB
Reporter : Eko Sutopo
Editor : Arief Setyoko

PURWOREJO, MAGELANGEKSPRES.COM- Suplai air di Kabupaten Purworejo sangat terbatas selama musim kemarau berkepanjangan. Kondisi tersebut menyebabkan produktivitas lahan pertanian di sejumlah wilayah mengalami penurunan drastis.

Keprihatinan itu disampaikan Pjs Bupati Purworejo Endi Faiz Effendi SPi MA, saat menerima rombongan dari Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, di Ruang Bagelen, belum kama ini.

Dalam kesempatan itu, Pjs Bupati didampingi Pj Sekda Drs R Achmad Kurniawan Kadir MPA, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Hadi Sadsila SP MM dan Kabag Prokopim Anas Naryadi SH MM.

BACA JUGA:Dinas KUKMP Purworejo Raih PLUT AWARD

Pjs Bupati mengungkapkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan lintas sektor terkait dengan persiapan musim penghujan. Antara lain bagaimana irigasinya disiapkan dulu, dan memang secara jangka pajang pemerintah pusat telah memberikan program yang bagus yaitu pembangunan bendungan besar di Purworejo.

”Manajemen airnya memang harus lebih bagus lagi. Bagaimana kita bisa mengatur volume air pada waktu musim hujan, kita tampung dan nanti musim kemarau kita manfaatkan untuk tanaman-tanaman termasuk tanaman pangan. Harapannya dengan adanya bendungan di Purworejo nantinya kebutuhan air bisa tercukupi,” ungkapnya.

Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Dr Ir Moh Ismail Wahab MSi, menyampaikan bahwa untuk musim tanam Oktober ini areal tanam di Kabupaten Purworejo sangat rendah.

BACA JUGA:Musim Kemarau Tiba, Warga Kebumen Mulai Kesulitan Mendapat Air Bersih

Menurutnya, Kabupaten Purworejo punya potensi yang baik, mencapai 12.000 hektar.

”Kami menawarkan untuk potensi tanam itu 6.000 hektar, tetapi Purworejo hanya mampu 100 hektar. Di sisi lain, kondisi kita saat ini kekurangan produksi, kalau kita tidak di-support dari daerah sekitar, kita sangat kekurangan. Indonesia itu 58 persen produksi beras disokong oleh Jawa, kalau Jawa mengalami penurunan berarti Indonesia bermasalah,” katanya.

Diungkapkan, pihaknya membuka peluang program tebar benih, bantuan pestisida, bantuan pompa, bantuan alsintan, bantuan combine, bantuan tractor dan sebagainya.

”Yang kami promosikan Oktober ini bantuan benih, silahkan usulkan berapapun bantuan benih di bulan ini,” ungkapnya.

Menurut Ismail, pada tahun 2024 ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan berdasarkan data BPS, pada bulan Juni lalu Indonesia minus 3 juta ton gabah kering dibandingkan tahun 2023.

BACA JUGA:Kemarau Panjang Diduga Picu Kenaikan Harga Cabai di Temanggung

”Dan sangat menghawatirkan, pada akhir tahun 2024 kemungkinan kita tidak bisa positif dalam sejarah produksi padi nasional. Sejak merdeka sampai sekarang, baru kali ini kita mengalami minus,” terangnya.

Kategori :