TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM - Memasuki musim penghujan, berbagai wilayah di Kabupaten Temanggung menghadapi risiko bencana hidrometeorologi, khususnya angin kencang dan banjir.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung, Totok Nursetyanto, menyampaikan bahwa potensi angin kencang tinggi di beberapa kecamatan.
"Bencana angin kencang bisa terjadi saat menjelang atau sesudah hujan. Masyarakat harus tetap waspada, terutama saat hujan turun," ujar Totok pada Selasa lalu.
Menurut Totok, wilayah-wilayah yang rawan angin kencang meliputi Kecamatan Temanggung, Kedu, Jumo, Tlogomulyo, serta sebagian dari Kecamatan Kranggan, Parakan, dan Ngadirejo.
Ia mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dan sigap menghadapi risiko ini, terutama ketika curah hujan meningkat.
Selain angin kencang, 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung juga terancam bencana banjir.
BACA JUGA:Diterjang Angin Kencang, Rumah Warga di Temanggung Tertimpa Pohon Pete
Di samping itu, potensi gerakan tanah atau tanah longsor juga menjadi perhatian, khususnya di 14 kecamatan, seperti Kecamatan Gemawang, Jumo, Bejen, Tretep, Wonoboyo, Candiroto, Ngadirejo, serta kecamatan lainnya termasuk Bansari, Kledung, Bulu, Tembarak, Selopampang, Kaloran, dan Pringsurat.
"Ada belasan kecamatan yang rentan terhadap bencana hidrometeorologi basah, termasuk angin kencang, banjir, dan tanah longsor," jelas Totok.
Ia menegaskan bahwa masyarakat diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan, seperti memangkas dahan-dahan pohon yang rentan patah akibat terpaan angin, serta membersihkan saluran air untuk mencegah banjir.
BACA JUGA:Banjir Bandang di Temanggung Hanyutkan Dua Rumah
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim hujan diperkirakan berlangsung dari November 2024 hingga puncaknya pada Februari 2025.
Dalam periode ini, BPBD Temanggung telah menetapkan status siaga darurat selama 120 hari, yang dimulai sejak 1 November 2024 hingga akhir Februari 2025.
"Kami siap siaga untuk menghadapi risiko bencana yang mungkin terjadi selama musim hujan. Kami juga mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar agar dapat meminimalisasi risiko bencana," pungkas Totok.