Berawal dari Tumpukan Sampah Dua Pemuda di Kota Magelang Sukses Budidaya Maggot

Jumat 17-01-2025,13:40 WIB
Reporter : Haryas Prabawanti
Editor : Arief Setyoko

BACA JUGA:Laz DKD Magelang Beri Bantuan Gerobak dan Ambulans untuk UMKM

"Jadi untuk pakan kami memang tidak beli, justru membantu mereka (pengusaha makanan dan hotel) supaya tidak kebingungan membuang sampah," tuturnya.

Alumni Universitas Tidar yang juga aktivis lingkungan hidup itu mengatakan, sebelum diberikan ke maggot, sampah organik terlebih dahulu dicacah menggunakan mesin hingga halus.

Sebab, lanjut dia, jika tidak dipilah dan dicacah, maka dapat menimbulkan bau.

BACA JUGA:Ribuan Wisatawan Kunjungi TKL Ecopark Kota Magelang, Wahana Permainan Masih Jadi Favorit

Lebih lanjut, Septian menyebut, untuk menghasilkan 1 kilogram maggot, dirinya harus mencari 5 kilogram sampah organik untuk dicacah.

"Perbandingannya 1:5, harus pas supaya maggotnya sehat dan ideal," imbuhnya.

Dalam seminggu, Septian menyebut, dirinya dan Agus bisa menjual 2 hingga 3 kwintal maggot dengan harga Rp 7.000 per kilogramnya.

BACA JUGA:Pohon Peneduh di Kota Magelang Rawan Tumbang

"Setiap hari memberi makan maggot sampah organik minimal 15 ember dengan bobot 20 kilograman," katanya.

Maka, setiap hari juga, Septian dan Agus harus menyiapkan kurang lebih 1,5 ton sampah organik per hari untuk pakan maggot.

"Itupun belum memenuhi permintaan pasar karena mencari sampah organik itu terlihat gampang tapi sebenarnya sulit," ujar Septian.

BACA JUGA:Pemkot Magelang Teken Kolaborasi dengan Kejaksaan Tingkatkan Pengelolaan Pemerintah

Sebab, kesadaran masyarakat untuk melakukan membuang sampah sesuai jenisnya masih sangat rendah.

"Itu yang menyebabkan menumpuk, karena semua jadi tidak bisa diolah, sementara yang cukup memakan waktu untuk pemberian pakan ini adalah pemilahan sampah sebelum dicacah," kata Septian.

Oleh karena itu, ia berharap peran pemerintah serta masyarakat agar dapat bersinergi untuk membiasakan memilah sampah dalam kehidupan sehari-hari.

Kategori :