Metode participatory assessment menjadi dasar penyusunan kegiatan.
"Kami berproses bersama warga. Program disusun dari kebutuhan desa, mulai konservasi TOGA, pelatihan pengolahan herbal, hingga pemasaran berbasis digital,” kata Salwa.
Seiring berjalannya program, dampak mulai terlihat.
Selain keterampilan warga meningkat, jangkauan pemasaran produk herbal pun meluas.
"Peluang usaha baru tumbuh, termasuk produksi jamu dan olahan herbal bernilai jual lebih tinggi," imbuhnya.
Keberhasilan itu membuat, budaya tanaman obat keluarga kembali hidup.
Aktivitas ekonomi dikelola secara mandiri oleh masyarakat.
BACA JUGA:514 Mahasiswa Kabupaten Magelang Dapat Bantuan Pendidikan, Masing-masing Terima Rp5 Juta
Dosen pembimbing Dr apt Elmiawati Latifah MSc menyatakan, apresiasi atas capaian tersebut.
Menurutnya, inovasi TOGA merepresentasikan peran mahasiswa dalam menjawab persoalan nyata di masyarakat.
"Inovasi ini kuat secara akademik dan berdampak langsung. Mahasiswa mampu mengintegrasikan konservasi, kesehatan, ekonomi, dan digitalisasi dalam satu gerakan," ujarnya.
BACA JUGA:Angka Stunting di Kabupaten Magelang Terus Menurun, Pemkab Targetkan 14 Persen di 2029
Lebih lanjut, Elmiawati menilai capaian ini sejalan dengan semangat pengabdian yang dikembangkan UNIMMA.
Kolaborasi kampus dan desa menjadi ruang pembelajaran kontekstual.
"Mahasiswa terus didorong menghadirkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Kolaborasi ini membuktikan solusi aplikatif dapat lahir dari desa,” kata Elmiawati.