Diskon Semu di E-Commerce: Etika yang Terkubur di Balik Label Harga
Salma Nur Hazimah, Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta-ISTIMEWA-MAGELANG EKSPRES
Konsumen adalah stakeholder utama, karena tanpa dukungan mereka, organisasi tidak akan bertahan. Namun diskon palsu merugikan konsumen dan UMKM jujur, serta menciptakan ketidakadilan pasar. Dari perspektif consumer vulnerability, banyak konsumen terutama yang kurang paham harga pasar mudah terpengaruh oleh klaim diskon besar tanpa memahami manipulasi di baliknya.
BACA JUGA:Barista: Upah yang Tak Seindah Senyumnya
Dari perspektif Legitimacy Theory, platform e-commerce mempertahankan citra sebagai pelopor belanja aman dan transparan. Namun ketika praktik manipulatif terungkap, legitimasi sosial mereka terancam. Sementara itu, dengan menggunakan Agency Theory, platform sebagai “agen” justru gagal melindungi kepentingan konsumen yang menjadi “principal”. Alih-alih mengawasi penjual, mereka sering menutup mata selama transaksi tetap menguntungkan.
Pada akhirnya, diskon semu bukan sekadar persoalan marketing, tetapi persoalan etika bisnis yang mendesak, ditegaskan bahwa pemasaran etis menuntut batas moral yang jelas, khususnya terkait misleading communication dan fair pricing.
E-commerce hanya dapat berkembang sehat jika ekosistemnya dibangun di atas kejujuran, transparansi, dan penghormatan terhadap hak-hak konsumen. Tanpa itu, dunia digital tidak lebih dari pasar gelap yang dibungkus lampu neon.
Artikel ini ditulis oleh Salma Nur Hazimah, Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: