Tepus dan Sereal Dua Dusun di Windusari Magelang Ini Pernah Jadi Saksi Pejuang Letkol Sarbini

Tepus dan Sereal Dua Dusun di Windusari Magelang Ini Pernah Jadi Saksi Pejuang Letkol Sarbini

Dusun Sereal, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari selain memiliki panora yang indah, ternyata punya jejak sejarah perjuangan pahlawan Nasional Letkol Sabrini-ISTIMEWA-TANGKAPAN LAYAR

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.ID Di balik hamparan ladang sayuran dan udara sejuk yang senantiasa menyelimuti Dusun Tepus, Desa Wonoroto, dan Dusun Sereal, kini bagian dari Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari, tersimpan kisah kelam yang nyaris terlupakan.

Kedua dusun yang tenang di lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Magelang ini, pernah menjadi saksi diam dari babak getir sejarah Republik Indonesia tentang perburuan pejuang kemerdekaan oleh pasukan kolonial Belanda.

Malam itu pertengahan Desember 1948. Pasca-pendudukan Yogyakarta oleh Belanda dalam Agresi Militer II, Batalyon “Andjing NICA” yang berada di bawah komando Letnan Kolonel Adrianus van Santen, mulai menyusuri kawasan selatan Jawa Tengah.

BACA JUGA:Pabrik Es Kebon-Pala, Legenda Dingin dari Kota Magelang yang Kini Hilang Ditelan Bumi

Harian De Locomotief menuliskan, manuver Brigade V KNIL ini sebagai "gerak maju spektakuler", melintasi utara Jawa, turun ke lereng Gunung Slamet, lalu menuju Magelang.

Kala itu, Magelang masih menyandang status sebagai kota garnisun. Namun bagi pihak tentara Belanda, Magelang perlahan berubah menjadi kawasan yang tidak ramah.

Gunung-gunung dan perbukitan menjadi benteng alam para pejuang RI. Salah satu yang paling merepotkan adalah Letnan Kolonel TNI Sarbini, panglima wilayah pertahanan RI di kawasan ini.

BACA JUGA:Puluhan Korban Meregang Nyawa Tragedi Kecelakaan Menjadi Kuburan Sunyi di Bulan Mei

Dari Magelang, Van Santen menerima laporan bahwa ada sekelompok warga sipil, mulai dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak, berkumpul di lereng timur Gunung Sumbing.

Informasi ini menyiratkan dugaan bahwa di dua dusun yakni Tepus dan Sreal menjadi markas para gerilyawan.

Lantas Van Santen pun mengutus Letnan Sjoerd Albert Lapre untuk memimpin misi khusus. Namun dengan satu catatan penting, tidak boleh ada korban dari kalangan warga.

BACA JUGA:Mitos Air Terjun Kedung Kayang, Dari Suara Gamelan hingga Tragedi Bocah Hilang

Dengan membawa 50 pasukan, Lapre memulai perjalanan dari Magelang. Udara dingin, kabut pekat, dan rimba pegunungan menjadi medan perjalanan.

Setiap hari mereka menembus belantara sejauh lebih dari 13 kilometer. Lapre dan pasukannya mencoba menyusun strategi dan mengumpulkan informasi dari warga.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: magelang ekspres