Mengenal Tari Kuntulan, Seni Tari yang Berasal dari Kota Magelang Tapi Populer di Daerah Lain

Mengenal Tari Kuntulan, Seni Tari yang Berasal dari Kota Magelang Tapi Populer di Daerah Lain

Tari kuntulan, seni tari yang berasal dari Magelang tapi populer di daerah lain--

Bentuk pertunjukan Tari Kuntulan di presentasikan kembali oleh Joko Sularso di Kota Magelang sebagai upaya pelestarian.

Tari Kuntulan di Kota Magelang merupakan hasil penfsiran dan pembentukan ulang terhadap bentuk yang sudah ada sebelumnya.

Dipilihnya Kuntulan Kabupaten Magelang ke Kota Magelang adalah karena wilayah yang bedekatan Sularso merasa dapat dengan mudah membawa dan memperkenalkan Kuntulan ke Kota Magelang.

BACA JUGA:Sejarah Sumber Air Panas di Kompleks Pemandian Air Hangat Sumberarum Tempuran Magelang

Pada tahun 1994 Joko Sularso berhasil menggali kembali Kesenian Kuntulan melalui interpretasinya.

Ia menghadirkan ide cerita tentang Gladen pangeran Diponegoro yang sedang berperang melawan penjajah Belanda.

Sudah menjadi wacana umum apabila Kota Magelang atau yang kerap disebut Kota Sejuta Bunga ini erat hubunganya dengan Pangeran Diponegoro.

Menurut sejarah, Diponegoro singgah di Kota Magelang selama 5 tahun, dan untuk mengenang jasanya pemerintah Kota mendirikan sebuah monumen Pangeran Diponegoro Berkuda yang diletakan di alun-alun.

Kuntulan tergolong sebagai kesenian shalawatan, yakni suatu jenis tari yang berlatar belakang pada agama Islam.

BACA JUGA:Dahsyatnya Letusan Merapi Membuat Ibukota Kerajaan Mataram Dipindahkan

Syair lagu mengandung unsur rukun Islam, tombo ati dan petuah falsafat hidup manusia untuk mengajak pada kebaikan.

Selain itu Tari Kuntulan memiliki simbol identitas para petani pegunungan yang dapat dilihat melalui gerak kaki.

Gerak kaki yang dilakukan adalah menginjak-ijak bumi seperti jalan ditempat dengan badan membunkuk diayunkan keatas dan kebawah.

Simbol ini terbentuk oleh keseharian masyarakat petani saat bekerja di ladang, ketika mencangkul membungkukan badan dan ketika memadatkan tanah dengan menginjak-ijak tanah, selain itu simbol identitas lokal kehidupan petani terlihat pada instrumen jidor, bende, terbang, dan icrik-icrik.

BACA JUGA:TERUNGKAP! Lokasi Pusat Kerajaan Mataram Kuno Bukan di Jogjakarta Faktanya Ada Di Sini

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait