Ada Polesan WNI di Bulu Tangkis Fukushima Jepang

Ada Polesan WNI di Bulu Tangkis Fukushima Jepang

MAGELANGEKSPRES.COM,Bulutangkis tengah digandrungi di Jepang. Prefektur Fukushima salah satunya. Di balik olahraga bulu tangkis di Fukushima, ternyata ada polesan tangan warga negara Indonesia. Dua orang WNI itu ialah Anton Kurnia dan Stefanus Ricky Kristiawan. Sudah beberapa tahun ke belakang dua WNI ini menjadi pelatih khusus bulu tangkis di sekolah Futaba Future School yang sebelumnya bernama sekolah Tomioka. Anton bercerita dia bergabung dengan Futaba School sejak tahun 2017. Kepergiaannya ke Jepang berawal dari pertemuan Anton dengan istrinya Yamasaki Masami di Taufik Hidayat arena. "Saat itu dia bawa anak buahnya untuk sparing dengan tim saya," ucap Anton pada Jumat (7/2/2020). Dari pertandingan itu, keduanya menikah. Di saat yang bersamaan, istri Anton mendapat informasi adanya lowongan untuk menjadi pengajar di Futaba. Anton mengaku tak ada kendala dalam metode pengajaran terhadap pelajar tingkat SMP dan SMA di sekolah itu. Metode latihan yang diberikan pun sama seperti saat dia mengajar di Indonesia. Dia justru memuji karakter para pelajar Jepang yang disiplin dan patut dicontoh. "Kalau soal harus dicontoh itu disiplin dan semangat. Lalu kemauan dari atlitnya sendiri memang ingin jadi pemain hebat. Di sini juga tidak ada pemain Jepang yang manja. Itu yang membuat perbedaan," kata pria asal Surakarta, Solo itu. Sementara itu Ricky lebih dahulu bergabung menjadi pelatih di Futaba. Tahun 2013, Ricky bergabung setelah pelatih Futaba sebelumnya Imam Tohari mundur mengajar. "Setelah mas Imam mengundurkan diri, di sini sempat kosong lima bulan. Akhirnya saya ketemu sama mereka (perwakilan sekolah) di Surabaya, saya dikasih tawaran. Saya harus memilih juga karena ada kerjaan. Dikasih kesempatan seminggu akhirnya saya pilih di sini," kata Ricky yang berasal dariKlaten. Saito pimpinan klub bulu tangkis Futaba menambahkan memang sebelum Ricky dan Anton, ada dua pelatih asal Indonesia lainnya yang menjadi pengajar. Keduanya ialah Imam Tohari dan Nunun Wibianto yang belakangan mundur dan masuk jajaran pelatih tim nasional Singapura. Saito menjelaskan alasan merekrut WNI untuk mengajar di Jepang. Menurut dia, pola permainan bulu tangkis Indonesia sangat baik sehingga melatar belakangi dirinya membawa WNI untuk mengajar anak-anak menjadi pebulu tangkis hebat. "Bulu tangkis Indonesia ideal bagi kami. Sejak tahun 2008, kita mulai training camp di Indonesia. Atlet bulu tangkis Indonesia punya teknik bermacam-macam. Jadi kami ingin seperti atlet Indonesia," kata dia. Futaba School sendiri merupakan salah satu sekolah terdampak bencana gempa dan tsunami pada Maret 2011 lalu di Fukushima. Sejak saat itu, lokasi sekolah berpindah bersamaan dengan nama sekolah yang diganti dari Tomioka menjadi Futaba Future School. Sekolah ini juga menghasilkan atlet-atlet bulu tangkis ternama di Jepang. Sebut saja Kento Momota, Yuta Watanabe, Arisa Higashino dan lainnya. Olah raga sendiri menjadi salah satu kurikulum di sekolah ini. Bila tingkat SMP, olah raga hanya sebatas tambahan mata pelajaran. Sementara SMA, sudah menjadi jurusan. "Jadi siswa semua harus ikut kurikulum. Kalau SMA dia ada juga siswa yang ambil jutusan umum ada yang ambil olah raga," kata Saito. Ninggo Ippei wakil kepala sekolah menambahkan para siswa di sekolah tersebut juga diwajibkan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat. Bagi para pelajar yang mengambil kurikulum bulu tangkis, mereka bisa mengajar olah raga itu bagi anak-anak atau orang dewasa. "Anak-anak bulu tangkis memang belajarnya bulu tangkis. Tapi mereka juga ikut terlibat proyek pemulihan daerah. Ada yang mengeluarkan produk daerah atau lainnya. Siswa di bulu tangkis, mereka mengajarkan kepada anak-anak atau lansia," tuturnya.(net)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: