Film Liyan Memotret Toleransi Wonosobo, Kisahkan Penganut Kepercayaan dan Minoritas

Film Liyan Memotret Toleransi Wonosobo, Kisahkan Penganut Kepercayaan dan Minoritas

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO-Bicara tentang toleransi yang merupakan sebuah isu besar dan penting di Indonesia, seorang Peneliti dan Dosen asal Wonosobo, Puguh Windrawan, menyuguhkan sebuah karya yang mengangkat toleransi keberagaman di Wonosobo dalam film bertajuk Liyan. Adanya momentum pemilu yang lalu dinilai Puguh sebuah potret bahwa pembahasan dan diskusi tentang toleransi belum selesai. Film Liyan diharapkan jadi sebuah contoh dari praktik toleransi yang ada di Wonosobo dan untuk bisa ditiru daerah-daerah lain di Indonesia. “Dengan Proyek visual berupa film dokumenter ini harapannya bisa jadi contoh potret toleransi dari Wonosobo dan semoga lebih mudah diterima kaum muda,” ungkap Puguh usai pemutaran film Liyan di Gedung Korpri Wonosobo kemarin (16/2). Dikatakan Puguh yang lahir dan besar di Wonosobo bahwa mungkin tidak banyak pemuda asal Wonosobo yang tidak menyadari bahwa modal sosial seperti keberagaman dan toleransi sudah ada dan mengkar sejak dulu ada. Terkait teknis pembuatan film, Puguh juga banyak berdialog dengan para tokoh agama maupun tokoh masyarakat seperti mantan bupati Wonosobo Abdul Kholiq Arief. Beberapa potret minoritas yang diangkat Puguh di antaranya ialah Penganut Aboge, Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia, dan warga Ahmadiyah. Baca Juga Tertimbun Longsoran, Penambang Pasir Merapi Lolos dari Maut “Saya sengaja unggah di Youtube agar bisa dinikmati banyak kalangan dan bisa ditonton gratis juga. Untuk Nobar baru dua kali dan sudah banyak diputar di kelas-kelas dan juga dibawa salah satu dosen Unsiq ke Wina Austria. Film ini dibuat secara swadaya. Tak ada donatur, tak ada funding,” ungkap pria yang mengajar di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta itu. Diharapkan Puguh, keberadaan film itu menarik perhatian masarakat dan pemerintah untuk tidak abai dengan isu-isu intoleransi yang mungkin ada di sekitar. Agenda pemutaran film yang juga diisi diskusi tersebut menghadirkan Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Santo Paulus Wonosobo yang menampilkan beberapa lagu mengawali acara. Agenda diskusi juga diisi oleh koordinator desk Kabupaten Ramah HAM Bappeda Wonosobo, Fahmi Hidayat. Sementara itu, Kapolres Wonosobo, AKBP Fannky Sugiharto mengapresiasi karya film tersebut dan mengaku takjub dengan toleransi yang ada di Wonosobo. “Saya sudah mulai keliling mengenal para tokoh maupun pemuka agama di Wonosobo dan harapannya bisa ke semuanya. Potret toleransi di Wonosobo ini sangat menarik dan patut kita jaga bersama,” tutur Kapolres.  (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: