Ikatan Guru Indonesia Meragukan Nadiem Anwar Sebagai Mendikbud

Ikatan Guru Indonesia Meragukan Nadiem Anwar Sebagai Mendikbud

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Ikatan Guru Indonesia (IGI) mengaku sangsi, atas dipilihnya Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Meski pria 35 tahun tersebut telah mengenyam pendidikan ternama di Amerika Serikat, sosok Nadiem dirasa tidak cocok dengan pendidikan di Indonesia. Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia Muhammad Ramli Rahim menilai, meski Nadiem sukses dalam bisnis transportasi online, sosoknya tidak cocok untuk memimpin sebuah kementerian yang dipenuhi orang-orang pintar dan berpendidikan tinggi. \"Nadiem Anwar Makarim memang Alumni Brown University Amerika Serikan dan juga Alumni Harvard Business School Amerika Serikat, tetapi tahu apa Nadiem soal pendidikan negeri ini?\" kata Ramli di Jakarta, Rabu (23/10). Ramli menjelaskan, persoalan terbesar yang akan dihadapi Nadiem kedepan yakni, pada 2045 Indonesia bermimpi menjadi negara maju dengan PDB terbesar keempat dunia, sedangkan pada tahun 2030 adalah puncak bonus demografi Indonesia. \"Hasil PISA, kompetensi generasi bangsa di bidang matematika, reading dan sains berada pada level 0-2 dan dicap bangsa Indonesia baru bisa menghadapi abad 21 setelah 1000 tahun mendatang,\" ujarnya. Terlebih lagi, lanjut Ramli, kekurangan guru pegawai negeri sipil (PNS) di sekolah negeri mencapai 1.141.176 orang belum termasuk 391.644 guru yang akan pensiun pada tahun 2020 hingga 2024. Dengan kondisi tersebut, kata Ramli, hampir bisa dipastikan bahwa pendidikan dasar dan menengah kita akan lumpuh total ketika seluruh guru honorer yang pendapatannya jauh lebih rendah dari driver gojek itu menyatakan \\\'mogok mengajar\\\'. \"Anak-anak SD kita tamat SD lebih dari 80 persen dinyatakan gagal Matematika dan juga gagal literasi, juga gagal di sains, lalu apa yang bisa dilakukan Nadiem?\" tegasnya. Ramli menambahkan, hingga saat ini SMK masih menduduki peringkat tertinggi jumlah pengangguran di Indonesia. Hal itu disebabkan, minimnya guru produktif dan minimnya produksi guru produktif yang sesuai dengan bidang keahlian di SMK. \"Ini adalah gunung masalah yang cukup untuk menutup mata menteri. Ini belum termasuk masalah pendidikan tinggi yang juga penuh masalah,\" jelasnya. \"Entah apa yang berkecamuk dalam pikiran Pak Jokowi, ketika menunjuk Nadiem Anwar Makarim. Tapi kami sepenuhnya menyerahkan ke Presiden Jokowi, pasti beliau punya harapan tersendiri terhadap Nadiem. Boleh jadi setelah mencoba “Profesor” berulang kali, kini Pak Jokowi ingin memilih yang segar dan tak banyak teori,\" tambahnya. Hal senada juga diutarakan Anggota DPR Fraksi PKS Abooebakar Alhabsyi, menurutnya keputusan Joko Widodo (Jokowi) memilih pebisnis Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menimbulkan pertanyaan publik. \"Kemampuan Mas Nadiem Makarim dalam mengelola bisnis tidak saya ragukan. Namun, tak salah juga jika saya mengkhawatirkan nasib dunia pendidikan kita ke depan,\" kata Abooebakar. Secara umum, Aboebakar mengapresiasi susunan Kabinet yang diumumkan Jokowi dengan komposisi, dari 38 orang, sebanyak 21 berasal dari kalangan non-partai. Dengan demikian, setidaknya ada 55 persen para menteri berasal dari kalangan non-partai, sedangkan yang sisanya sebanyak 45 persen berasal dari partai politik. \"Bisa jadi banyak ide besar dan kreatif yang mereka bawa untuk mengembangkan kementerian. Saya kira ini adalah langkah berani dari presiden yang bisa membawa harapan baru bagi masyarakat,\" ujar dia. Menanggapi pernyataan tersebut, Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa alasannya ditunjuk oleh Presiden Jokowi menjadi salah satu menteri di Kabinet Indonesia Maju. Meskipun tak memiliki latar belakang pendidikan, setidaknya Nadiem dianggap mampu menghubungkan sektor pendidikan dengan kebutuhan masa depan. \"Alasan kenapa saya terpilih walaupun saya bukan dari sektor pendidikan adalah, saya lebih mengerti, belum tentu mengerti, tapi lebih mengerti apa yang akan ada di masa depan kita. Karena saya bidangnya, bisnis saya di bidang masa depan, untuk mengantisipasi masa depan,\" kata Nadiem di Kompleks Istana Presiden. Nadiem menjelaskan, kebutuhan pekerjaan di masa depan akan selalu berubah dan berbeda. Karena itu, dibutuhkan link and match untuk menyambungkan institusi pendidikan dengan dunia pekerjaan sehingga dunia pendidikan di Indonesia mampu beradaptasi dengan segala perubahan. Menurutnya, peran teknologi saat ini sangat dibutuhkan di dunia pendidikan dan sistem administrasi pendidikan. \"Mau nggak mau peran teknologi akan sangat besar dalam semuanya, kualitas, efisiensi dan administrasi sistem pendidikan sebessar ini ya, jangan lupa ini empat terbesar di dunia sistem pendidikan ini, jadi peran teknologi sangat penting,\" jelasnya. Alasan berikutnya, lanjut Nadiem, lantaran Presiden memerlukan sosok yang inovatif yang bisa mendobrak, yang tidak melakukan segala sesuai sebagaimana biasa. \"Mohon dukungan para milenial karena saya mewakili satu-satunya milenial di kabinet, jadi mohon dukungan teman-teman milenial,\" pungkasnya. Sementara itu, pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengaku optimistis, digitalisasi pendidikan yang baru dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) semakin berjalan baik, dengan dipilihnya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang baru. \"Saya optimistis bisa berjalan dengan baik. Kami para penggiat pendidikan siap bantu beliau memajukan pendidikan Indonesia,\" katanya. Menurut Indra, tantangan terbesar Mendikbud yang baru adalah sumber daya manusia dan birokrasi yang ada di lingkungan Kemendikbud. Selain itu, Nadiem juga membutuhkan banyak bantuan untuk mempelajari persoalan yang ada di pendidikan dan kebudayaan sesuai kondisi di lapangan. \"Nadiem masih buta dengan kondisi yang ada di lapangan, sehingga Mendikbud yang baru membutuhkan orang yang tepat untuk membimbing beliau,\" ujarnya. Dapat diketahui, Nadiem yang masih berusia 35 tahn ini menjadi menteri termuda di kabinet 2019-2024. Pria kelahiran Singapura, 4 April 1984, ini merupakan anak ketiga pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayah Nadiem merupakan aktivis sekaligus pengacara ternama di Tanah Air. Ia menghabiskan masa sekolah dasar dan menengah pertama di Indonesia, lalu melanjutkan pendidikan menengah atas di Singapura. Lepas dari SMA, Nadiem melanjutkan pendidikan ke salah satu universitas Ivy League di Amerika Serikat. Jenjang strata satu ia tempuh di Brown University jurusan Hubungan Internasional. Ia juga sempat ikut pertukaran pelajar di London School of Economics and Political Science di Inggris. Setelah lulus, Nadiem melanjutkan S2 ke almamater sang ayah, Universitas Harvard, hingga meraih gelar Master of Business Administration. Setelah berpindah-pindah dari sejumlah tempat kerja, Nadiem mendirikan Go-Jek. Hingga dipilih menjadi menteri, Nadiem tercatat sebagai CEO Go-Jek. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: